Chapter 14

12.1K 1K 5
                                    

Sorry banget yah baru bisa up

Ya ya ya kalian pasti bosan setiap kali up pasti ada permintaan maaf dari author. Tapi mau bagaimana lagi, yah memang begitu keadaanya. Gak bisa sering-sering up kaya dulu lagi.

Eh btw part ini cukup pendek, semoga kalian menikmati

Terima kasih 😊

______________________________________









"Kenapa lagi sih buk bos?" Lami jengah sendiri melihatku sejak sampai di restoran siang ini. Tadi setelah mengecek keadaan boutique, aku mampir ke restoran.

"Gapapa" jawabku seadanya. Lami menghirup udara dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar.

"Kalau capek atau gak enak badan pulang aja atuh buk, gak usah maksain diri buat kerja" Lami memulai ceramahnya kembali. Padahal seharusnya disini aku yang ceramah setiap waktu, mengingat bahwa bos di restoran ini adalah aku.

Melihatku yang hanya diam saja, Lami akhirnya diam. Tapi hanya sebentar, dia kembali membuka mulut untuk bertanya.

"Alwar?" aku menoleh padanya, lalu mengangguk. "Kenapa lagi?, masih merengek pengen ketemu ayahnya?" aku menggeleng. "Lalu kenapa buk bos?" geram Lami. Ia sampai menggertakkan gigi-giginya.

"Alwar dibawa sama Omanya"

"Apa?!" mulutnya menganga dengan sangat lebar.

"Iya. Kemarin dijemput sama ibu" jawabku lemas.

"Kenapa kamu kasih? Astaga....." Lami menjambak rambutnya sendiri. Kesal mungkin.

" Kasian aja sama ibu, dia kayaknya rindu banget sama cucunya"

"Terus? lo ngasih gitu aja anak yang udah lo pertahanin mati-matian, iya?" kali ini Lami bahkan pake Lo Gue saat bicara padaku.

"Iya" jawabku lemas.

"Mati aja lo sana Zeline! kesel gue lihat lo lama-lama" dia menatapku tajam, merengut dan bergumam tak jelas. Aku hanya bisa memasang wajah melas.

"Berapa lama?"

"Ha?" aku bingung sendiri mendengar pertanyaan yang Lami tiba-tiba kasih.

"Berapa lama anak lo sama Omanya, hiiihhh kesel gue"

"Hehehehehe" aku cengengesan tak jelas. Yakinlah, pasti aku kelihatan bodoh sekali saat ini, apalagi ketika diomeli oleh Lami. Beuuhh macam di omeli emak saja.

"Gak usah cengengesan lo! ngeri gue ngelihatnya" Lami bergidik ngeri sembari menatapku jijik.

Dasar kawan laknat emang.

"Kata ibu seminggu" aku menampilkan senyum terluka. Iya, aku terluka karena harus jauh dengan anakku.

"Owww cuman seminggu. Aku kira selamanya"

Aku mendelik tidak suka saat mulut lemesnya mengatakan kalau Alwar akan bersama Omanya selamanya.

"Bisa mati aku kalau Alwar tidak tinggal bareng denganku lagi" aku menggeleng-gelengkan kepala. Mengusir pikiranku saat ini.

Setelah bisa keluar dari pikiran burukku, aku menoleh pada Lami yang tiba-tiba saja tidak ada suara.

"Kamu kenapa Lami?" aku bangkit dari dudukku, mendekat padanya.

"Aku sayang banget sama kamu Lin, jangan merasa sendirian yah" dia merentangkan tangannya, mata juga hidungnya sudah memerah. Aku menyambut pelukannya dengan hati terasa hangat.

"Kalau ada apa-apa jangan sungkan buat cerita sama aku ataupun Sarah. Kita bakalan berusaha buat mendengarkan dan membantu di setiap masalah yang menimpa. Ingat itu" isaknya lirih. Aku memang yang suasana hati tidak baik sejak Alwar dibawa Omanya, ikutan menangis.

🥀🌹

Disinilah kami, di sebuah Cafetaria dipusat kota. Aku, Sarah, Lami dan satu orang tambahan, dia Neandro. Lami memaksa Sarah untuk membawa Nean ikut bersama dirinya ketika kami akan bertemu malam ini. Maka terjadilah suasana saat ini, dimana Lami mendominasi bertanya pada Nean. Aku dan Sarah hanya bisa geleng kepala melihat tingkah centilnya.

"Jadi lo cowok yang di gossipkan sama Zeline waktu itu?" Nean tersenyum kikuk. "Wah memang setan lo Sar! Lo bilang gak kenal sama Nean, padahal mah kenal banget" kali ini Sarah yang menjadi sasaran dumel Lami.

"Bodo" Sarah memutar bola matanya malas.

"Udalah pigi jalan-jalan gak ngajak-ngajak gue, eh... malah masih bisanya lo bohong sama gue soal Neandro" ternyata dumelan Lami masih terus berlanjut. Ia tidak terima ketika diajak jalan-jalan waktu itu, apalagi dia tidak diberitahu perihal Neandro.

"Lo kok heboh banget sih Lami? demen lo sama Nean?"

"Sembarangan lo kalau ngomong! Neandro ini miliknya Zeline tau"

"Kok aku sih?" elakku tak terima.

"Yakan kalian kayaknya cocok...... benget" Sarah dan Lami saling tatap-tatapan dengan senyum penuh arti.

Aku menatap keduanya dengan nyalang, lalu mataku tak sengaja menangkap wajah Nean. Wajahnya terlihat memerah, aku buru-buru memalingkan wajah ketika ia menyadari kalau aku sedang menatapnya.

"Mmmm Alwar mana Ze?"

Deg

Lami sepertinya menangkap perubahan mimik wajahku, dia menyikut Nean dengan berbisik sesuatu.

"Lagi di rumah Omanya"

"Apa?!" aku terkejut mendengar teriakan Sarah.

"Mereka ngambil Alwar dari lo Lin?" aku menepuk kening karena lupa memberitahu perihal Alwar pada Sarah.

"Kagak lah Sarah bego! Alwar cuman menginap selama seminggu disana. Lagian Zeline mana mau diam kalau Alwar dibawa begitu aja"

"Iya juga sih" Sarah mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kamu gapapa kan?" aku mengerjab kala melihat wajah khawatir Nean.

"A-ah aku gapapa kok. Nanti Alwar juga balik minggu depan" aku tertawa renyah.

"Lagi gak baik-baik aja juga gapapa kok. Kalau emang lagi banyak pikiran, ceritain saja sama kita"

"Nah betul itu!" Lami mengangguk setuju. "Gue udah bilang begitu tadi waktu di restoran, tapi emang dasarnya si Zeline ini keras kepala. Yah.... jadinya gitu deh" aku tersenyum masam pada Lami. Bisa-bisanya dia curhat panjang kali lebar di hadapan Nean, sengaja banget ingin membuat citraku buruk.

"Macam lo kagak kenal Zeline aja Lam, dia kan memang keras kepala sedari dulu" dua manusia itu semakin menjadi-jadi ketika mengolokku. Nean hanya bisa tertawa lebar mendengar curhatan mereka mengenai aku.

Demi apapun aku selalu terhipnotis setiap kali melihat dan mendengar tawa lebarnya.



















Nur 💚


BEKASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang