Chapter 38

10.4K 936 15
                                    


Selamat malam kalian ✨

Apa kabarnya hari ini?

Masih saja kesal sama Abidzar karena belum dapat karma?

Tenang saja, semua ada waktunya. Tapi author belum mau buat itu untuk saat ini 🤭

Selamat membaca

_____________________________________

Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang. Sebuah undangan pernikahan dari Abidzar. Jadi beberapa bulan ini dia menghilang untuk mempersiapkan pernikahan?

"Kenapa Lin?" bingung Abidzar.

"Eh? Nggak apa-apa sih" jawabku kikuk. Bukannya apa-apa, aku masih  kaget dengan semuanya.

"Jadi selama ini kamu menghilang untuk ini?" tunjukku pada undangan.

"Bu-bukan sih. Aku sama dia baru kenal bulan lalu, terus memantapkan hati buat serius" aku hanya ber oh ria.

Aku memperhatikan undangan untuk sekali lagi, aku mengerutkan dahi saat melihat kembali nama calon mempelai perempuan. Rahimah Saqueela.

Kok kaya kenal yah? Tapi dimana?

Aku terus saja memperhatikan namanya, hingga rahangku terjatuh bergitu saja.

"Ini Rahimah si selebgram itu kan? Mantan istri sirihnya penyanyi terkenal itu kan?" tanyaku dengan mata melotot padanya.

Tidak salah lagi, dia adalah Rahimah yang terkenal karena meminta anaknya dikenalkan kepada dunia oleh Gwen Baskara, sang penyanyi top di negara ini.

"Kamu benar. Itu adalah Rahimah, mantan istrinya Gwen Baskara"

Aku benar-benar tidak habis pikir. Bagaimana bisa Abidzar berakhir pada wanita ini? Wanita yang terkenal karena sensasi. Astaga! Kepala Abidzar kepentok di mana sih?

"Ka-kamu serius bakalan nikah sama orang ini?" tanyaku kembali meyakinkan.

"Iya. Memangnya kenapa? Atau kamu gak setuju aku nikah sama dia?"

"Tidak, tidak! Terserah sih kamu mau menikah dengan siapa. Itu hak kamu" jawabku dengan sedikit menahan tawa.

"Lalu, kenapa kamu kayak kaget gitu?"

Nih anak beneran tanya soal itu sama aku? Oh God! Otaknya benar-benar sudah mereng sekarang.

Aku kira, setelah dirinya melakukan pengasingan diri dari dunia maya, maka dia akan menjadi lebih baik lagi. Tapi ternyata dugaanku salah.

"Oh? En-enggak kok. Aku cuman kaget aja kamu udah mau nikah lagi" jawabku dengan menampilkan senyum canggung.

"Tapi kalau kamu tidak setuju aku menikah dengan dia, aku bisa pikirkan lagi. Dan bila perlu, membatalkannya"

"JANGAN!"

"Ha?" kaget Abidzar.

Aku langsung membekap mulut. Emang dasar mulut gak tau diri.

"Maksud aku gini" aku mencoba menetralkan raut wajah. "Kamu mana bisa seenaknya saja memutuskan sesuatu. Kamu pikir pernikahan itu hanya buat mainan saja? Gila kamu memang" ucapku tak habis pikir.

"Bukan gitu Lin" sangkalnya dengan cepat.

"Udahlah Bi. Mending kamu pulang saja, masalah kamu menikah dengan siapa, itu bukan urusanku lagi"

"Tapi Lin"

"Please Abidzar" ucapku dengan suara tertahan. "Jangan membuat bahasan baru lagi. Mending sekarang kamu pulang" usirku dengan paksa. "Undangan pernikahan kamu sudah sampai, karena itu---silahkan pergi"

BEKASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang