Up yey 🥳✨
Seperti biasa, tolong partisipasi nya untuk mem-vote cerita ini
Thank you ✨
____________________________________Sepertinya Neandro memang benar-benar serius dengan ucapannya. Hari ini ia membawaku menemui kedua orang tuanya.
Dan disinilah kami, di dalam sebuah restoran dipusat kota. Berhadapan langsung dengan kedua orang tua Nean untuk pertama kalinya. Aku gugup bukan main, ini sama seperti saat aku dipertemukan dengan kedua orang tua Abidzar dahulu.
"Lihat deh Pi, wajah Zeline pucat banget" celutuk Tante Rani, maminya Neandro.
Karena perkataan beliau, semua arah pandang tertuju padaku. Nean dan juga papinya menatapku dengan tidak percaya.
"Tidak usah tegang begitu nak, kami tidak akan memakanmu" aku tersenyum kikuk menanggapi perkataannya.
"Padahal sejak di mobil aku udah bilang lho Mi, kalau Zeline tidak usah takut bertemu kalian" aku melotot pada Nean, bisa-bisanya dia mempermalukan aku dihadapan keduanya.
"Jangan-jangan kamu lagi bang yang nakut-nakutin dia tadi" selidik Tante Rani.
"Enggak! Zeline saja yang terlalu berlebihan" elak Neandro.
"Tidak usah hiraukan keduanya nak. Mereka memang selalu begitu, tidak tau tempat untuk berdebat dimana pun" geleng Om Rehan, papinya Neandro.
"I-iya om" anggukku kikuk. Aku bingung sendiri melihat interaksi mereka yang biasa saja saat melihatku. Padahal sebelum kesini aku sudah parnoan, takut mendapat perlakuan kurang enak.
Setelah makan, Neandro berdehem sebagai tanda kalau ia mau bicara.
"Mi, Pi. Neandro disini ingin memperkenalkan Zeline pada kalian secara resmi, dia yang akan menjadi calon istri aku dan insyaallah bakal jadi ibu dari anak-anakku kelak" aku berkedip beberapa kali mendengar penuturan Nean yang tanpa jeda sama sekali. Dari suaranya tidak terdengar khawatir atau takut, yang ada hanya nada percaya diri.
Mami dan Papi Nean? Keduanya hanya saling tatap dan tidak mengucapkan sepatah kata pun.
"Tapi ada sedikit kendala dalam kisah kami saat ini, Mi, Pi" aku menelan ludah susah, pembahasan kali ini mulai berat.
"Kendala apa?" kali ini, papi Nean yang bertanya.
"Hubungan Zeline dengan ayahnya kurang baik sejak tahun lalu"
Deg
Sempurna. Detak jantungku kini sudah tidak karuan, tanganku mulai berkeringat, takut akan reaksi kedua orang tua Nean.
"Tidak baik bagaimana?" dahinya berkerut, terlihat sekali sedang berpikir sesuatu. "Bisa kamu jelaskan nak Zeline?"
Aku menarik nafas dalam-dalam, mengucapkan bismillah di dalam hati. Berbisik pada diri sendiri kalau semuanya akan baik-baik saja.
Aku memulai ceritaku, tentang bagaimana papa memperlakukan aku sejak kecil, hingga permasalah dengan Abidzar membuat hubunganku dengan papa retak dan renggang hingga saat ini.
"Cukup berat" jawabnya singkat.
"Ya Allah..., kamu yang sabar yah nak" maminya Neandro mengelus lembut tanganku, tersenyum tulus dan memberi banyak kata-kata menenangkan.
"Kamu kuat sekali bisa bertahan sampai saat ini nak, ya Tuhan.... bagaimana bisa wanita selembut kamu bisa menghadapi hidup yang pelik seperti ini?"
Air mata Tante Rani menetes, ia menatapku sendu. Aku? Kali ini aku tidak menangis lagi, sudah capek menangisi cerita hidupku.
"Apa kamu tahu apa alasan ayah kamu sehingga tidak suka denganmu?" tanya Om Rehan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEKAS
ChickLit"Kamu adalah buku yang sudah selesai aku baca dan aku tidak tertarik untuk menyimpannya kembali. Dulu aku sangat bersemangat ketika melihat sampulmu, namun ketika aku mulai membacamu dari halaman ke halaman lainnya, aku seperti tidak menemukan hal m...