Hai
Alhamdulillah bisa up lagi, senang tidak?
Kalaupun tidak senang, tidak apa-apa 😌
Doakan semoga saya bisa menyelesaikan cerita yang cukup berat buat saya lanjutin
_____________________________________
"Ze.."
"Ha? aku?" aku bingung sendiri mendengar panggilan Nean, biasanya dia selalu memanggil aku dengan Zeline.
"Iya kamu lah" ucapnya dengan kesal, aku tersenyum kikuk melihat reaksinya.
"Kamu terus-terusan di hina Abidzar seperti tadi?" aku menghela nafas pelan.
"Iya, sesekali kalau ia sedang kesal"
"Lalu kamu terima?"
"Kadang aku balas juga, tapi baru tadi yang paling parah" tanpa sadar aku terkekeh mengingat aku yang emosi barusan.
"Lain kali juga seperti itu tidak apa-apa" mataku mengerjap mendengar ucapannya.
"Maksud kamu, aku boleh membalas perbuatannya yang semena-mena itu juga?" tanyaku tak percaya.
"Kenapa tidak? kamu juga punya harga diri yang harus dipertanggungjawabkan Ze. Kamu harus sering-sering tegas padanya, jangan mau ditindas lagi, kamu itu sudah bebas dari kungkungannya, jadi stop takut ataupun tidak enak hati padanya" aku menelan ludah saat lagi-lagi ia memanggilku dengan sebutan Ze.
"I-iya" mulut sialan!. Bisa-bisanya aku gugup hanya karena mendengar panggilannya padaku.
"Kalau begitu aku pulang yah" ucapnya kemudian dengan senyum yang sangat manis menurutku.
"I-iya hati-hati" aku ikut bangkit dari dudukku. Mengantarnya hingga pintu depan.
"Gak usah gugup begitu" Nean mengacak rambutku sambil terkekeh. "Aku tau kok kalau aku itu tampan dan menggemaskan" aku mendelik mendengar ucapan PD nya.
"Dih! pede sekali anda" aku memukul lengannya dengan gemas.
"Hahahaha. aku pamit yah. Assalamualaikum" Nean sedikit berlari ke arah mobilnya. Dia masih saja tertawa hingga masuk dan melajukan mobil yang ia kendarai.
"Manis banget yah bu senyumnya pak Nean" aku melotot pada pengasuh Alwar yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingku.
"Hahahaha gak usah melotot gitu bu. Saya gak bakalan rebut pak Neandro kok, saya mah masih tau diri. Tapi kalau pak Nean mau sama saya, gas aja"
"Astaga mbak!" pengasuh Alwar lari terbirit ke dalam rumah. Tawanya masih saja menggema ketika aku mengekor masuk.
🥀🌹
Aku kadang berfikir, kenapa hidupku selalu saja di timpa masalah? Tidak bisakah aku bahagia sebentar saja?
"Zeline?"
"I-iya bu?" aku tergagap saat tiba-tiba mantan mertuaku kembali mengeluarkan pernyataan.
"Bolehkan kalau Alwar kami bawa ke rumah? seminggu saja nak, setelah itu ibu akan mengembalikan Alwar padamu" jantungku berdetak tidak normal mendengar permohonan ibunya Abidzar.
"Harus banget yah bu?"
"Ibu juga pengen banget menghabiskan waktu sama Alwar nak, ibu udah kangen sama dia. Apalagi setelah kamu memutuskan pindah, ibu tidak pernah lagi bertemu dengannya" aku meringis sendiri melihat wajah memohon ibu.
Ibunya Abidzar orang baik, begitu juga dengan almarhum ayahnya. Mereka berdua sangat baik padaku, menganggapku seperti anak mereka sendiri, apalagi almarhum ayah, dia sangat menyayangiku, aku seperti menemukan kebahagiaan mempunyai seorang ayah ketika beliau masih hidup. Hingga pada akhirnya beliau meninggal, aku merasa duniaku runtuh. Tidak akan ada lagi sosok ayah yang selalu membimbingku, ayah yang selalu berkata lembut padaku. Sejak saat itu juga Abidzar berubah, ia berubah hingga rumah tangga kami hancur seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEKAS
ChickLit"Kamu adalah buku yang sudah selesai aku baca dan aku tidak tertarik untuk menyimpannya kembali. Dulu aku sangat bersemangat ketika melihat sampulmu, namun ketika aku mulai membacamu dari halaman ke halaman lainnya, aku seperti tidak menemukan hal m...