Chapter 27

10.9K 1.1K 7
                                    

Ada yang nungguin up tidak?

Sorry baru bisa up, soalnya baru beres ngetik 😁

Selamat membaca

_____________________________________

Disaat rasa haru sedang menyelimuti kami berdua, muncul seseorang yang sudah tidak aku harapkan lagi kehadirannya. Badanku menegang, tentu saja.

Nean yang melihat reaksiku tiba-tiba berubah, memutar badannya dan melihat kearah pandang mataku.

"Ingat Ze. Sekarang dia bukan siapa-siapa kamu" ucapnya dengan penuh penekanan. "Sekarang ada aku, jadi jangan menatap laki-laki manapun, apalagi itu dia"

Aku menatap Nean lalu memberikan senyuman tipis. Benar kata Nean, Abidzar adalah masa laluku. Dia tidak berhak menjadi penghalang masa depanku, apalagi penghalang aku bahagia.

"Makasih" anggukku kemudian. Aku melirik Abidzar kembali. Mata kami bertemu, aku sedikit terpaku melihat tatapan sendunya. Namun seakan sadar apa yang aku lakukan, aku menarik tatapanku dan mengalihkannya pada Nean.

"Kita pulang aja yah" mohonku dengan suara kecil.

"Ayo" Nean bangkit, begitu pula denganku. Nean mengambil tanganku, memegangnya erat lalu berpegangan tangan ketika kami keluar dari dalam cafe.

"Jangan dilepas" ucapnya kala aku berusaha melepas penganan kami.

"Tapi nanti ada yang lihat" cicitku.

"Gapapa. Sekalian dunia tahu kalau kamu itu sekarang milikku"

Aku mengerjabkan mata, darahku tiba-tiba berdesir cepat, serasa ada yang terjun bebas di dasar perutku, menggelitik di setiap sisinya.

Senyumku mengembang, aku dengan berani membalas genggamannya. Berjalan kearah parkiran tanpa memperdulikan sekitar. Biarkan, untuk saat ini aku adalah Zeline Kaluna si manusia biasa, buka Zeline sang selebgram dan mantan istri Abidzar.

"Apa perlu aku antar kamu ke rumah?" ucapnya serius ketika kami sampai di parkiran.

"Enggak usah. Aku kesini sama mang Imam, kamu mending balik ke kantor aja, yah?" Nean terlihat berpikir, namun pada akhirnya mengangguk setuju.

"Kamu hati-hati pulangnya , kasih tau kalau udah sampai rumah. Dan ah ya, salam untuk si anak genteng" aku tersenyum geli mendengar banyak wejangan darinya, apalagi soal salam pada Alwar.

"Iya iya. Kamu bawel banget ih. Udah sana pergi, nanti telat lho kerjanya"

"Iya bu negara. Ini juga karena kamu yang tiba-tiba minta ketemu" dengusnya.

Lagi-lagi aku terkikik geli.

Nean memasuki mobilnya, melambaikan tangan sebentar lalu melajukan mobil. Aku menatap mobilnya hingga hilang di ujung jalan. Setelahnya aku menghubungi mang Imam yang sejak tadi tidak kelihatan.

"Dimana mang?"

"Lagi di toilet bentar bu"

"Oh gitu. Saya udah nunggu di parkiran yah mang"

"Siap bu. Saya segera kesana"

Aku mendesah pelan. Bersandar pada mobil, lalu men-scrol sosial media.

"Zeline"

Deg

Tiba-tiba saja jantungku terhenti mendengar suara ini, suara berat yang sedikit nge-bass ini adalah suara favorit aku beberapa waktu lalu.

"Iya kenapa?" jawabku dengan raut datar. Sebenarnya aku mati-matian untuk tetap berusaha terlihat baik-baik saja saat ini.

"Kamu ngapain masih ada disini?" lalu sedetik kemudian matanya mengedar "Teman kamu yang tadi mana?" tanyanya kembali.

BEKASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang