"Berhati-hatilah dengan rasa penasaran, dia bisa membawa dirimu pada hal-hal yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya."
***
Amarah yang Ior rasakan benar-benar tidak tertahankan. Sembari menunggangi Shura dengan wujud burung elang birunya, Ior menitikkan air mata. Mengingat bagaimana sadisnya perlakuan yang didapatkan Dragnil yang sudah seperti bangkai yang tak berarti--bahkan lebih buruk dari bangkai.
"Shura-siapa orang yang sampai berani melakukan hal keji macam itu?! Aku tidak bisa menerima ini begitu saja," ucap Ior sembari memegangi bulu lembut Shura yang tebal. "Kemungkinannya banyak, tergantung pada satu hal," ucap Shura sembari memerhatikan gunung-gunung yang di laluinya.
"Aku benar-benar muak dengan orang-orang di dunia ini-" Ior meracau.
"Siapa yang telah kau habisi, Ior?" tanya Shura kembali meminta jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya yang lalu. "Aku tidak bisa mengingatnya dengan julas Shura. Aku bahkan tidak sepenuhnya sadar ketika melakukan itu," jelas Ior mencoba mengingat-ingat kejadian yang ia sendiri sulit untuk mengingatnya.
"Bagaimana mungkin kau tidak mengingatnya?" Shura masih penasaran dengan tingkah Ior yang memang agak sedikit aneh. "Aku berani bersumpah, aku tidak mengingat persis kejadiannya seperti apa. Ingatanku hanya sebatas melihat kepala yang tidak lagi berada pada tubuhnya," jawab Ior getir.
Shura mencoba menggali kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa menyebabkan hal ini terjadi. Karena menurut pikirannya, tidak mungkin Ior melakukannya dengan sengaja-meskipun itu untuk melindungi Qina. Kemudian, Shura menyadari ada satu kemungkinan yang bisa membuat Ior melakukan hal keji semacam itu.
"Higaia."
Di tengah hilir angin yang membuat gaduh kedua telinganya, Ior mendengar ucapan Shura. "Higaia? Maksudmu sosok aneh yang merasukiku?" tanya Ior mengingat kejadian yang menimpanya di Blossom Palace tempo hari lalu. "Bisa jadi, jika kau mengatakan kesadaranmu hilang, maka yang melakukan tingkah keji itu pasti dia," ucap Shura yang menurunkan ketinggian terbangnya.
"Sepertinya kita harus segera menemui orang itu," ucap Shura membuat Ior kebingungan.
"Orang itu? Siapa maksudmu?" Ior yang tidak suka dibuat penasaran menarik bulu Shura lebih keras. "Hei! Jangan menarik itu sesukamu, sakit!" Shura memarahi Ior yang masih terlihat tidak begitu bisa mengendalikan amarahnya sendiri.
"Salahmu sendiri, terlalu sering membuatku penasaran."
"Aku akan membawamu menemui salah satu teman lamaku, dia punya pemahaman yang selalu membuatku risih, tapi mungkin dia sekarang adalah orang yang tepat untuk menjelaskan semua kejadian aneh yang sedang terjadi di Finale."
"Aku bertanya siapa orangnya--bukan penjelasan panjang lebar yang bertele-tele begitu," ucap Ior ketus. "Kau memang orang yang tidak bisa bersabar, lebih baik kamu tanyakan saja siapa dia nanti secara langsung."
Shura pun kembali melebarkan sayapnya dan terbang sekuat tenaga menuju tempat teman lamanya itu berada.
***
Qina yang kehilangan Ior, kini berjalan seorang diri sembari menyusuri jalanan yang asing. Ia memang seorang penduduk Finale, namun tempat yang sedang ia singgahi teramat asing untuk ingatannya. Setelah berjalan beberapa saat, auman kecil terdengar dari belakang tubuhnya.
"Simba?" Qina bisa sedikit tenang karena kini ia tidak perlu berjalan kaki untuk menentukan tujuan yang akan ia datangi selanjutnya. "Syukurlah kau masih ada disini, bolehkan aku menunggangimu?" Qina berbicara seolah-olah singa gagah itu bisa memahami perkataannya. Tak lama kemudian, Simba bersimpuh--mempersilahkan Qina untuk menungganginya. Entah apa yang membuat Simba begitu patuh pada Qina, tapi setidaknya kini Qina tidak sendirian lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
7' STARS of THE UNIVERSE
FantasiSetelah terbangun dari tidur siangnya ia terbangun di tempat yang sama sekali tidak ia ketahui. Ior, seorang pemuda biasa yang polos dan tidak memiliki kelebihan apapun, terjebak dan terbangun di dunia yang disebut "Finale" yang terbentuk dari tujuh...