22. Black Slayer's

19 5 6
                                    

Layaknya sebuah cermin yang memantulkan diri kita sendiri, aku melihat pantulan diriku pada sosokmu. 

Dalam perjalanannya menuju Hustik, Ior bersama Qina mendapat hadangan tak terduga. Sebuah pertemuan yang terlalu cepat antara sosok yang saling mewaspadai dirinya masing-masing. 

Sigrad merasakan sesuatu yang berbeda dari sosok laki-laki yang berdiri di hadapannya. Keduanya saling memandangi satu sama lain, sementara Qina sudah mengenal sosok pria yang berdiri di hadapannya itu. 

"Ior" Qina berbisik pelan pada Ior. 

"Hm?" respon Ior pelan. 

"Aku rasa sebaiknya kita jangan berurusan dengannya, bisa tinggalkan saja?" bisik Qina dari belakang Ior yang terlihat menatap Sigrad tajam. 

"Memangnya kenapa? Aku tidak merasa melakukan sesuatu yang membuatnya marah" jawab Ior. 

Sigrad berjalan perlahan mendekati Ior yang menunggangi singa perkasa itu. Tampaknya Sigrad mengenal singa yang Ior tunggangi. 

"Hei kau" Sigrad menyapa Ior sembari melangkah mendekatinya. 

"Hah?" jawab Ior. 

"Bagaimana kau bisa menunggangi itu?" mata Sigrad mengarah pada singa yang Ior dan Qina tunggangi. 

"Ini?" timbal Ior. 

Qina mulai merasa cemas dengan nada bicara Ior dan Sigrad. Seakan-akan mereka sudah pernah berjumpa sebelumnya. 

"Aku tidak menungganginya, dia yang datang sendiri padaku" jelas Ior. 

"Tidak mungkin" ucap Sigrad. 

"Bagian mana yang membuatmu berpikir jika singa ini tidak mungkin datang padaku?" Ior turun dari singa itu. "Kau tunggu disini, jangan beranjak" perintah Ior pada Qina yang duduk di punggung singa itu. 

"Caramu bicara sangat tidak enak didengar, seperti suara babi saja" Sigrad memandang tajam Ior yang juga berjalan mendekatinya. 

"Caraku berbicara tergantung dengan siapa aku berbicara, Tuan" sindir Ior dengan senyuman ketusnya. 

"Nyalimu cukup besar untuk berbicara congkak padaku" ucap Sigrad. 

"Aku tidak merasa harus merendahkan diriku dihadapanmu" jawab Ior. 

"Singa itu adalah kepunyaanku" ucap Sigrad. 

"Kepunyaanmu?"

"Ya, tidak baik bukan menggunakan sesuatu yang menjadi milik orang lain untuk kepentingan dirimu sendiri?" ucap Sigrad. 

"Ah-- seingatku, tidak ada yang berhak memiliki sesuatu yang memiliki kehendaknya sendiri" jawab Ior. 

"Apa yang kau bicarakan?" 

"Singa ini memiliki kehendak sendiri untuk memilih majikannya. Jadi, dengan segala kerendahan hati, bisakah kau enyah dari hadapan kami?" Ior memancing amarah Sigrad. 

"Enyah? Hahahaha" Sigrad tertawa sekeras-kerasnya seakan ia menemukan kesenangan yang telah lama hilang dalam hidupnya. 

"Apa kau tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa?" Sigrad menggertak Ior. 

"Tentu aku tahu" jawab Ior singkat. 

"Lantas mengapa kau begitu berani berbicara lantang padaku?" 

"Aku sedang berhadapan dengan penggembala babi bukan?" Ior melanjutkan kalimatnya yang membuat Sigrad naik pitam. 

"Apa kau bilang?!" 

7' STARS of THE UNIVERSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang