Benci sama cinta itu beda tipis
⚠️[AREA 18+]⚠️
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Doyong Nct as Dion Arya Delvano
Jungwo Nct as G. Julio Argantara
Dita Sn as Devita Safira Ayuna
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Vita termenung waktu membaca pesan tadi. Sampai sekarang ia bingung apa maksud dari pesan itu.
Vita memandang lekat wajah Dion yang terlihat sangat lelah.
Baru aja rasanya Dion minta dielus-elus kepalanya udah tidur aja.
Vita mendenger suara pesan masuk dari hpnya. Saat ia melihat pesan itu.
Vita membulatkan matanya saat melihat pesan itu terdapat gambar disana ."Enggak...enggak mungkin itu mas Dion". Ucap Vita pelan saat melihat pesan itu sebuah foto yang menampilkan sosok Dion ada didalam kamar ayahnya.
Semalaman Vita memikirkan pesan itu.
Sinta yang belum tertidur melihat Julio tengah besandar dan memainkan hpnya. Sinta dapat melihat seringai yang tertampang diwajah Julio.
"Apa Mas Julio ngerencanain sesuatu".
Sinta terbangun sekitar jam 3. Ia mencoba mengambil hp Julio memeriksa apa isi dari hpnya.
Alangkah terkejutnya Sinta saat membaca pesan itu. Ternyata Julio tetap lah Julio dia gak bakal bisa berubah.
Rencananya kali ini udah keterlaluan.
"Aku gak bakal ngebiarin Mas Julio menang".
Sinta bertekad melindungi rumah tangga Vita dan Dion. Ia letakkan kembali hp Julio dan mulai tertidur kembali.
"Enggak, enggak ENGGAK". Vita bangung dari tidurnya.
"Yang kamu gak papa". Dion langsung memberikan air minum kepada Vita namun Vita membuang minuman itu. Hingga gelas itu pecah.
"Pergi, aku gak mau liat kamu, pergi".
"Vita kamu kenapa sih". Dion bingung kenapa Vita tiba-tiba berucap seperti itu.
"Pergi dasar pembunuh".
"Maksud kamu apa".
"Pergi-pergi".
"Vita kamu tenang yah aku panggilin Mamah". Dion nepuk jidatnya dia baru inget kalau Mamahnya lagi keluar negri bareng Ayah.
"Mbak-mbak". Dion mendengar suara Sinta lagi ngetuk pintunya ia pun membukanya.
"Sin, Vita".
"Mas Dion keluar aja biar aku tenangin mbak".
Sinta langsung masuk."Mbak tenang yah aku ada disini".
"Sinta, kamu bisa gak telponin Reina suruh ambil aku, aku mau pergi sin aku gak mau tinggal disini". Ucap Vita dengan wajah berkeringat serta bibir pucat pasi.
"Mbak tenang dulu, ayok cerita pelan-pelan sama aku mbak Vita kenapa".
Vita menatap lekat Sinta."Sin, Dion, Dion udah bunuh ayah aku".
"Mbak Vita punya bukti".
"Ada-ada fotonya dihp aku". Vita ngeliatin hpnya.
"Mbak jangan mudah percaya ama foto itu".
"Engak-enggak foto ini beneran".
Dion sedari tadi ada didepan pintu mendengar semuanya. Ia membuka pintu kamar dan melihat gambar yang dimaksud Vita.
"Cuma gara-gara ini kamu nuduh aku pembunuh". Dion tak percaya kalau Vita sedang menuduhnya.
Vita tak berani melihat wajah Dion. Ia takut pikiran Vita kalut karena ia mengingat mimpinya tadi malam.
Ia melihat kepala ayahnya dipukul oleh orang menggunakan botol kaca. Saat orang itu berbalik Vita kaget orang yang membunuh ayahnya dalam mimpi itu adalah Dion.
"Sinta, kamu telpon Reina yah". Vita memohon ke Sinta, dengan mulut yang bergetar entah kenapa setelah Vita bangun dari tidurnya ia takut melihat Dion.
Dion mengacak rambutnya frustasi, segitu percayanya Vita dengan foto itu."Vita, foto itu gak bener, kamu mau denger penjelasan aku tentang foto itu".
"Sinta buruan telpon Reina aku takut". Vita mengabaikan ucapan Dion.
"Sayang". Dion memegang pundak Vita namun Vita dengan cepat melepaskannya.
"Sinta cepet aku takut".
Sinta bingung melihat Vita sebegitu takutnya ia melihat Dion.
"Vita, aku mohon dengar penjelasan aku dulu".
"CUKUP AKU GAK MAU KETEMU KAMU".
"AKU MAU KITA PISAH".
Dari balik pintu kamar Dion dan Vita. Julio sedang bersandar didinding sambil tersenyum. Rencana yang ia susun matang-matang berhasil dengan mudah.