[Dion,Julio]

457 65 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••

Dion mencoba sedemikian cara agar ia tak menyentuh wanita didepannya ini namun karena hasrat birahinya yang sudah tinggi ia tak bisa membendungnya lagi.

Dengan nafsu yang membara Dion mulai menyambar wanita didepannya yang tak lain adalah Sinta. Wanita yang menjebak dirinya dengan memasukkan obat tidur + obat perangsang diminumannya.

Sinta berusaha mengimbangi permainan yang dilakukan Dion oleh dirinya. Sedikit terlintas dipikirannya kalau ia juga merindukan permainan mantan tungannya ini. Yang dulunya mereka juga sering melakukannya dikantor saat masih terikat hubungan dulu.

Sinta akui lama tak berjumpa Dion semakin tampan dan mapan. Sinta dapat melihat wajah Dion saat ini yang tengah menggagahi tubuhnya untuk mencapai kepuasannya.

Sinta sebenarnya tau kalau ada seseorang yang melihat adegan mereka yaitu istri Dion. Dalam hati Sinta berucap."Dasar wanita bodoh seharusnya kau masuk dan menghentikannya".

Dengan kesadarannya yang mulai kembali Dion langsung mendorong Sinta dari pangkuannya. Penyatuan pun lepas.

"Sebegitu murahannya sekarang dirimu hah". Ucap Dion yang kini sudah tak dipengaruh obat perangsang entah berapa jam mereka melakukannya. Sungguh pengaruh obat itu tak main-main.

"Berhenti mengatai ku sekarang pak Dion cari istri bapak sekarang, karena ku rasa dia meliat kita tadi".

"Kenapa kau tak mengatakannya sedari tadi dasar JALANG". Dengan perasaan marah, kesal Dion langsung keluar dari dalam ruangannya.

Ia berlari secepat mungkin semua karayawan disana menatap aneh kearah bos mereka itu. Sedangkan Sinta setelah kepergian Dion dari ruangan ia munguti bajunya tak lupa air matanya yang mengalir membasahi pipinya. Ia tau apa yang ia lakukan ini salah tapi Sinta tak ada pilihan. Kalau ia tak melakukan rencana Julio kakaknya akan dalam bahaya.

Seketika ia ingat tentang tes pack yang ada di tas miliknya."Maafkan ibu sayang setelah ini kita harus pergi". Ucapnya dalam hati ia mengelus pelan perutnya.


























Sesampai didepan gerbang rumahnya Dion masuk kedalam rumahnya dengan terburu-buru.

"Dion kamu kenapa". Ucap Mama yang tengah duduk diruang tamu bersama dua orang yaitu Reina dan Devan.

Dion terkejut kedatangan ketiga orang itu membuat dirinya semakin panik. Rencana yang dibuat Julio selama ini telah ia susun dengan matang.

"Oh ya Dion Vita mana yah dari tadi mama cariin dia gak ada dirumah". Tanya Mama lagi.

"Vita gak ada dirumah mah". Dion kembali bertanya ke Mamanya.

"Mama aja baru pulang loh".

"Vita pergi mah". Ucap Julio yang baru turun dari tangga. Dion yang melihat hal itu langsung mentap sinis ke arah Julio.

"Maksud kamu apa sih Yo". Tanya Mamah ke Julio. Sedangkan Devan dan Reina juga sedang menunggu maksud dari perkataan Julio.

"Mamah tanya sendiri lah ke anak Mamah". Ucap Julio menatap balik Dion menaikan alisnya sebelah.

Bugh...

Belum Mamah bersuara Dion langsung menghajar Julio yang baru saja sampai didekat Mamah.

"Ya tuhan kalian kenapa sih". Panik Mamah.

"Lo bajingan tau gak tau diri". Maki Dion kearah Julio sambil memukuli adik tirinya itu.

"BANGSAT".

"Kalau gue bajingan lo juga bajingan bang". Balas Julio ia berusaha melawan Dion.

"Udah Dion Julio kalian kenapa sih". Devan turut membantu memisahkan kedua kakak beradik itu. Sedangkan Reina telah disamping Mamah menenangkan wanita paruh baya itu.

"JULIO DION UDAH".

Brugh...

"BANG MAMAH PINGSAN". Teriak Reina

Devan yang sedari tadi berusaha melerai keduanya. Ia berhenti dan langsung kearah Reina yang menidurkan Mamah dipahanya.

"Saya tak tau masalah kalian apa tapi sekarang Julio kamu bawa Ibumu kerumah sakit sama Reina dan kau Dion tetap disini dengan ku". Tegas Devan aura lelaki itu sedang tak baik.

Julio hanya menurut dan melakukan apa yang diperintah Devan. "Hati-hati kak". Ucap Reina saat Julio mulai mengangkat mamah.




















"Sekarang jelaskan semua yang terjadi dengan dirimu, Vita dan Julio". Ucap Devan kepada Dion yang telah duduk dihadapannya.

Dion pun mulai menceritakan masalah mereka dari awal hingga akhir. Dion menceritakan sedetail munkin tanpa ada ia tutupi.

Dari awal Dion memang telah menceritakan ke Devan perihal dia yang sengaja menikah dengan Vita sekedar ingin membalaskan dendamnya kepada Julio.

Setelah sebulan janji Devan pada Vita akan membawanya pergi dari rumah Dion. Sebenarnya Devan telah pergi menemui Dion dan mengatakan hal itu tapi Dion mengatakan hal lain.

Ia benar-benar tulus dengan Vita walau awalnya ia melakukannya hanya karena dendam. Devan pun percaya dengan Dion ia pun merestui hubungan keduanya. Bahkan Dion telah merobek surat perjanjian itu.

"Sekarang kau tau apa yang seharusnya kau lakukan". Ucap Devan setelah mendengar semua cerita dari Dion. Devan dapat melihat kegelisahan Dion.

"Kita cari Vita sekarang bang". Devan mengangguki ucapan Dion dan bergegas mencari keberadaan Vita.





























Waktu hampir gelap Vita sedari tadi tak tau tujuan ia harus kemana. Tas yang berisi hp dan dompetnya telah dirampas perampok tadi.

"Sial, kemana aku harus pergi".

"Dasar perampok tak tau diri". Vita hanya bisa menggrutu dari tadi.

"Argkh...". Tiba-tiba Vita merasa sakit diperutnya. Wajahnya yang sudah teramat pucat karena sedari pagi belum memakan apapun.

Sakit itu menjalar kekepala dan membuat kepalanya pusing. Samar-samar Vita melihat seseorang berjalan kearahnya dan memanggil dirinya. Belum sempat Vita melihat wajah orang itu dirinya telah tergeletak tak sadarkan diri.






























"Kak, gimana sekarang keadaan kakak". Tanya Sinta ia masuk kedalam kamar ruang tempat kakaknya dirawat.

"Sudah lumayan besok aku sudah pulang bagaimana Jia kamu menjaganyakan". Tanya Irina kepada sang adiknya.

"Aku menjaganya kok kak".

"Sinta kenapa wajahmu pucat kamu belum makan". Irina mengelus pelan wajah tirus adiknya.

"Udah kok kak Sinta udah makan, oh yah Sinta mau pamit kekakak setelah ini Sinta bakal pergi jauh". Bohong Sinta

"Emang kamu mau kemana".

"Ada urusan kerjaan kak Sinta gak tau bakal berapa lama".

"Kok gitu sih".

"Kak, Sinta keluar dulu yah mau jenguk teman Sinta dia ada diruang sebelah".

"Yaudah sana".

"Nih, dimakan buburnya Sinta keluar dulu".

















Tbc.

Jangan lupa Votenya

LOVE/HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang