Sudah hampir sejam Julio menunggu operasi itu bahkan Dion telah tertidur dibangku tempatnya duduknya tadi.
Sedangkan Julio, ia duduk dibawah dan bersandar didinding. Seolah ia mengabaikan lantai yang dingin.
"Dasar manusia keparat, bisa-bisanya kau lakukan itu keistrimu, dasar brengsek". Entah sudah berapa kali Julio mengumpati dirinya sendiri.
Julio merasa sesak didadanya ia sangat khawatir dengan keadaan Sinta sekarang. Jujur semua kata yang ia ucapkan tadi itu semua hanya luapan kekesalan dirinya karena Sinta ingin mencampuri urusannya.
Dalam hati Julio terus merapalkan doa agar Sinta dan bayinya selamat. "Kumohon beri aku satu kesempatan lagi tuhan".
"Aku mohon selamatkan istri dan anak ku".
Lelehan air mata mengalir dengan derasnya membasahi pipi Julio. Hati tak tenang membuat dirinya resah.
"Mas Dion"
Julio berbalik melihat siapa yang datang. Ternyata Vita dengan Reina disampingnya tengah memapah Vita membantunya berjalan karena perutnya yang sudang sangat besar membuat Vita agak kesusahan saat berjalan Dan Devan membuntuti mereka dari belakang.
Dion sontak terbangun saat merasakan usapan lembut dikepalanya dan mendengar suara yang sangat ia rindukan itu. Vita langsung memeluk erat Suaminya ia sangat merasa bersalah atas semua peristiwa yang terjadi sekarang.
"Mas Maafin aku". Vita menangis sesegukan dipelukan Dion. Melihat wajah tirus Dion dan lingkaran hitam dimata suaminya. Vita dapat merasakan betapa menderita suaminya itu.
Tak ada sedikitpun Dion dendam ia malah menangkup wajah Vita dan menghapus airmata istrinya itu."Udah jangan nangis lagi". Vita menatap lekat manik suaminya itu. Kata-kata yang Dion ucapkan malah membuat dirinya semakin meluapkan airmatanya.
Ungkapan kekesalan betapa bodohnya Vita saat itu. Hanya karena mimpi ia percaya bahwa Dion yang membunuh Ayahnya.
"Aku takut Sinta kenapa-napa Mas".
"Kita doain yang terbaik buat Sinta yah". Vita mengangguk lalu ikut duduk disamping Dion.
Sekilas Vita melirik kearah Julio yang sedang duduk dibawah memeluk lututnya memandang lurus kearah pintu tempat Sinta dioperasi. Vita hanya melihat tatapan kosong yang dipancarkan oleh Julio.
Sekitar 5 menit selang Datangnya Vita pintu ruang Operasi terbuka. Menampakan seorang dokter membawa bayi yang tengah menangis.
Julio langsung bangkit, wajah yang semula datar seketika berseri saat melihat bayi itu.
Julio mendekat kearah dokter ia mengambil sosok buah hatinya. Julio tersenyum hangat, melihat bayi mungil yang berusaha mencari sesuatu.
"Dokter dia sudah diberi asi".
"Sebelum itu, Selamat anda memiliki putri yang cantik".
"Tapi tuan, Maaf kami tak bisa menyelamatkan istri anda".
Kaki Julio melemah. Devan langsung mengambil alih bayi itu. Julio bangkit dan masuk kedalam ruangan itu. Ia dapat melihat wajah pucat Sinta yang telah terbaring lemah tak bernyawa.
"SINTA BANGUN". Julio meraung tak percaya.
"JANGAN TINGGALIN AKU". Julio menatap wajah Sinta lalu mengusapnya.
"SINTA AKU JANJI BAKAL BAHAGIAN KAMU".
"AKU MOHON BANGUN".
Julio memegang erat tangan Sinta yang sudah dingin.
Vita masuk dengan Dion setia merangkulnya."Mas...Sinta pergi karena aku".
"Shht".
"Ini bukan salah kamu, tapi ini udah takdir".
Find.
Akhirnya bisa namatin juga ceritanya. Sory kalau kurang jelas. Tunggu cerita selanjut yah. Aku mau hiatus dulu Kira-kira sampai Sn comeback.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE/HATE
FanfictionBenci sama cinta itu beda tipis ⚠️[AREA 18+]⚠️ . . . . . . . . . . . . . Doyong Nct as Dion Arya Delvano Jungwo Nct as G. Julio Argantara Dita Sn as Devita Safira Ayuna