DENTING | SEPULUH

643 131 25
                                    

Tulis tanggal, bulan, dan tahun lahir dikolom komentar dan cari kembaran kalian^^

****

Retna menaruh tas di meja samping brankar, memandang Dean yang juga sedang memandangnya sembari tersenyum. Melihat bunda datang menjenguk sudah cukup membuat Dean kehilangan rasa sakit. Bunda seperti obat untuk Dean, sekejam apa pun perilaku bunda, Dean tetap sayang bunda.

"Makanya jaga kesehatan biar gak sakit-sakitan. Kalau dirasa gak enak badan langsung minum obat, jangan lebay bikin orang panik sama kamu." Retna kesal.

"Maaf bunda udah ngerepotin, lain kali Dean bakal jaga kesehatan."

Retna menghela napas-tampak gelisah, berulang kali mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. "Bunda ada banyak kerjaan, kalau kamu perlu apa-apa minta sama Juna, bunda juga udah suruh Bi Arin jagain kamu."

"Ayah gak jenguk Dean, Bun?"

"Ayah sibuk, banyak kerjaan di luar kota. Gak ada waktu cuma buat jengukin kamu. Kalau bukan karena kakak kamu Juna, Bunda juga lebih milih jaga butik." Retna mengambil tasnya. "Udah ya Bunda pergi."

"Bun...," Dean mencekal tangan Retna. "Dean minta maaf buat kejadian kemarin. Dean gak tau kalau itu baju pelanggan Bunda. Dean kira baju kotor karena ada di ranjang."

"Kamu pikir maaf kamu aja bisa balikin pelanggan-pelanggan Bunda yang pergi? Bisa ganti kerugian Bunda?"

Dengan lemah Dean membuka laci di sebelahnya, mengambil buku tabungan dan beberapa uang yang ia ambil dari celengan kelincinya. "Dean mau ganti rugi, Bun."

Retna memberi raut tidak menyangka. "Kamu pikir uang segitu cukup buat ganti rugi? Kerugian Bunda bukan cuma satu atau dua juta, tapi puluhan juta Dean!" Retna geram, emosi yang sedari tadi ditahan meledak.

"Dean pikir ini cukup, Bun."

Retna mengambil buku tabungan Dean dan melihat saldo, dahinya mengernyit. "Kamu punya uang sebanyak ini dari mana? Kamu mencuri atau minta uang kakak kamu?"

"Itu tabungan Dean dari SD, Bunda. Sebagian uang yang Bunda sama Ayah kasih Jaemin tabung buat masa depan Jaemin."

Retna tidak bisa berkata-kata, melempar buku tabungan ke arah Dean. "Kamu gak perlu ganti rugi, simpan aja tabungan kamu buat persiapan pergi dari rumah." Kemudian Retna benar-benar pergi.

"Bun...,"

Bill dan Galen yang awalnya saling bercanda dan dorong-dorongan tiba-tiba berubah kalem mengetahui Retna keluar dari ruangan Dean, mereka juga membungkuk dan menyapa sesopan mungkin.

"Bunda, lo?" tanya Bill.

Dean mengangguk sembari tersenyum. "Kalian udah pada pulang sekolah?"

Bill, Dean, Farel mengangguk. "Yoi, ada rapat dadakan jadi pulang cepet deh." kata Galen. "Juna ke mana?" tanyanya kemudian.

"Kayaknya jemput Raefal sama Bi Arin."

Galen manggut-manggut, tak lama setelahnya orang yang dibicarakan datang. Juna datang bersama Raefal dan Bi Arin namun, yang bikin bingung ada Amora juga.

Jari Bill terangkat. "Loh ... Amora?"

"Gue ketemu Juna di lobi jadi bareng aja sekalian." Amora menatap Dean. "Gimana keadaan, lo? Sudah mendingan atau sama aja?"

"Udah mendingan kok, Ra. Makasih udah jenguk."

"Kak Dean jangan sakit lagi, Raefal gak mau kakak sakit." Raefal memeluk Dean, meluapkan rasa khawatir.

Dean mengusap kepala Raefal perhatian. "Iya, makasih ya sudah jadi Superhero buat kakak."

"Emang iya Raefal jadi Superhero?"

DentingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang