DENTING | EMPAT PULUH SATU

93 16 3
                                    

//flashback on

"Chika nemuin Hendra, gue udah hubungi dia berkali-kali tapi gak diangkat."

Josia yang panik karena teleponnya tidak diangkat-angkat oleh Chika berusaha mencari bantuan. Tentunya ia menghubungi Wandi, tetapi sama-sama tidak diangkat. Sudah berulang kali mencoba tapi hasilnya selalu sama. Akhirnya Josia menelepon teman Wandi untuk menanyakan keberadaan Wandi, tapi temannya juga tidak tau di mana Wandi. Tidak ada pilihan lain, Josia meminta nomor Arjuna dan untungnya teman Wandi itu punya nomor Arjuna untuk keperluan balap biasanya. Dan saat itu lah Josia menghubungi Arjuna dan beruntungnya diangkat.

Setelah telepon dari Chika yang tidak ada jawaban perasaan Arjuna memang sudah tidak enak, dan ketika Josia meneleponnya hal itu semakin membuat perasaan Juna tidak karuan.

Juna langsung menghubungi seluruh teman-temannya untuk mencari Chika. Dan beruntungnya Galen bisa melacak ponsel Chika karena waktu itu ia sempat meminta Chika untuk memasang GPS di ponselnya mengingat Hendra mengganggunya. Dan Chika menurut. Setelah mendapat lokasi ponsel Chika mereka bergegas ke tempat tersebut bersama polisi.

Arjuna berlari setelah sampai di lokasi. Galen, Bill, Farel, dan Dean juga kocar kacir ke segala penjuru untuk menemukan Chika. Dan di lantai tiga gedung itu Arjuna merasakan ledakan dahsyat di dadanya melihat Chika tak sadarkan diri berlumuran darah. Arjuna berlari ke arah Chika, teman-temannya yang lain yang melihat itu segera mengikuti.

"Chik Chika, sadar, Chik!" kata Arjuna menepuk-nepuk pipi Chika tapi tidak ada jawaban.

"Chika buka mata lo, Chik!" ujar Galen.

Arjuna mengecek denyut nadi Chika yang terasa lambat. Polisi yang ikut bersama mereka segera membawa Chika ke mobil untuk dibawa ke rumah sakit.

Arjuna dan yang lain memilih tetap tinggal. Mereka mantap untuk mencari keberadaan Hendra dengan perasaan marah.

"Gue yakin dia udah gak di sini," kata Farel. "Dia pasti udah kabur!"

"Meskipun dia kabur gue rasa gak jauh-jauh dari sini. Kita pencar!" kata Arjuna. Mereka ke motor masing-masing dan berpencar ke segala penjuru jalanan untuk mencari Hendra. Arjuna seperti orang kesetanan, tangannya yang masih terdapat noda darah Chika menggenggam erat stir motornya.

Pencarian itu memakan waktu sampai malam hari. Mereka akhirnya memutuskan berkumpul lagi dan sekarang ada Wandi yang ikut bersama mereka. Wandi turun dari motor menghampiri Arjuna.

Bugh! Sebuah pukulan melayang mengenai pipi Arjuna. Dagh! Tendangan dari Wandi membuat Arjuna terhuyung ke belakang.

Arjuna batuk-batuk, Galen, Bill, Farel, dan Dean yang melihat itu tidak bisa terima.

Bugh! Sebuah pukulan dari Dean mengenai wajah Wandi.

"Maksud lo apaan hah?!" ketus Dean.

Wandi tidak menghiraukan Dean. Tatapan matanya menatap Arjuna tajam seakan menembus jantung Arjuna. "Semua gara-gara lo tau gak?! Chika begini gara-gara lo! Kenapa lo ngelibatin orang lain ke dalam masalah lo?! Hendra itu musuh lo, kenapa lo bawa-bawa Chika?!"

"Arjuna juga gak tau kalau Hendra ganggu Chika bangsat!" ujar Farel.

"Lo udah tau Hendra itu bahaya seharusnya lo jauhin Chika! Harusnya lo bisa buat Hendra gak berpikir kalau Chika bisa dijadiin sasaran balas dendam dia ke elo!"

Arjuna masih merasa benar-benar hancur hatinya. Dia ingin berteriak, ingin mengatakan bahwa dia tidak pernah bermaksud membawa masalah ini ke Chika, tapi rasa bersalahnya menyiksa dirinya sendiri. Dia merasa ucapan Wandi itu benar, sebagai sahabat, dia seharusnya melindungi Chika dari segala ancaman, termasuk dari Hendra.

DentingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang