Perang dingin antara Juna dan Dean tampaknya tidak akan segera usai. Dean masih mendiamkan Juna, bersikap acuh tak acuh seolah mereka tak saling kenal.
Malam ini, suasana di rumah terasa hening dan sunyi. Juna tidak merasakan keberadaan Dean dan Raefal. Saat melewati kamar Dean, pintu yang sedikit terbuka membuatnya penasaran, dan tanpa pikir panjang ia menyelinap masuk untuk memastikan keberadaan adik-adiknya.
Saat Juna memasuki kamar Dean, pandangannya mengelilingi isi kamar, hingga pandangannya tertuju pada selembar kertas putih yang berada di meja belajar Dean. Juna membaca kertas tersebut dengan seksama, dadanya seketika terasa diremas kuat. Perasaannya campur aduk, membuat matanya memanas.
"Ngapain, lo?"
Juna membalikkan badannya, menghadap Dean yang tiba-tiba muncul.
"Kenapa lo gak bilang kalau mau kuliah Kedokteran, Yan?" tanya Juna dengan tatapan tajam yang langsung menghunus tepat ke jantung Dean.
Oh, jadi karena itu. Dean merasa tersentak dan tercekat sejenak, namun ia berusaha untuk tidak menunjukkan rasa kagetnya. Ia lalu merebut kertas itu dari tangan Juna dan menyimpannya di laci meja. "Siapa yang bilang gue mau kuliah kedokteran? Gue mau lanjutin bisnis Ayah."
"Enggak. Kalau lo emang mau ke Kedokteran ambil itu, gak usah ikutin kemauan Ayah. Ikutin kemauan lo."
"Gue gak mau. Formulir itu Bu Indah yang ngasih."
"Bu Indah ngasih karena rekomendasi. Waktu itu kita disuruh ngisi form Universitas dan jurusan impian kan? Dan formulir itu Bu Indah kasih pasti sesuai sama apa yang Lo isi."
"Iseng aja."
"YAN!"
"Terus lo yang mau ngikutin kemauan Ayah?! Emang lo mau ngelanjutin bisnis Ayah?"
"Kita bisa nolak, Yan. Gak harus selalu nurut sama perintah Ayah. Ini menyangkut masa depan lo."
"Gue bukan lo yang bisa nolak semuanya dengan gampang! Gue bukan lo yang cuma mikirin diri sendiri tanpa mikir keadaan yang lain. Lagian, dia Ayah gue, Ayah kandung gue. Gak ada salahnya buat gue sebagai anak ngelanjutin bisnisnya."
Perang dingin antara mereka semakin dalam. Juna harus menemukan jalan keluar dari situasi ini, jika tidak ingin merusak hubungan keluarga mereka yang sudah rapuh.
"Lagian lo sendiri kan yang bilang buat jangan bikin Ayah sama Bunda kecewa? Gue bakal wujudin itu," ujar Dean dengan senyum miring yang baru pertama kali ia berikan pada Juna, lantas meninggalkan Juna.
"Yan!"
"Gue mau jemput Raefal tempat Bi Arin."
-oOo-
Sejak bel istirahat berdering lima belas menit lalu, Chika tidak mendapati atensi Arjuna. Entah ke mana cowok itu pergi, Chika sudah mencarinya ke perpustakaan, rooftop, dan belakang sekolah tapi nihil. Apa Arjuna pulang dan sengaja bolos?
Dengan rasa kecewa, Chika memutuskan membeli makan siang di kantin. Sehabis memesan ia melihat Nayra dan Amora di meja sudut kantin. Chika menghampiri dengan raut kesal yang terbaca oleh Nayra dan Amora.
"Kenapa lagi?" tanya Chika.
Chika memberenggut sedih. "Gue gak ketemu Juna dari tadi."
"Loh, tadi pagi dia masuk, kan?"
Chika mengangguk. "Gak tau cepet banget tuh anak ilangnya, bel belum selesai aja tiba-tiba udah gak ada di kelas. Nanya ke Bill sama Farel juga percuma mereka gak tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Denting
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] 𝘚𝘦𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘰 𝘨𝘢𝘬 𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘤𝘢𝘮𝘱𝘶𝘳 - Arjuna Arjuna berdiri paling depan membela adik-adiknya jika terjadi suatu masalah, tidak mempedulikan bahwa dirinya juga terlalu banyak menanggung luka...