Drop tiga emoticon terakhir yang kalian pakai^^
****
Arjuna mengamati punggungnya yang luka dengan bantuan cermin di lemari. Bekas lebam yang awalnya kebiruan itu agak menghitam, jangan dibayangkan sakitnya karena Juna sampai sulit tidur beberapa hari. Juna mengambil salep di laci lalu mengoleskan pada daerah lukanya berharap lebam itu cepat sembuh. Merapikan seragam kemudian menyampirkan tas di bahu kiri Juna akan turun ke dapur tetapi langkahnya berhenti di tengah-tengah tangga setelah mendengar perbincangan Dean dan Bunda.
"Dean kepilih jadi ketua OSIS, Bun." Juna menangkap jelas rona kebahagiaan Dean, cowok itu mengatakan sepenuh hati seakan bangga dengan diri sendiri.
"Baru jadi ketua OSIS aja bangga. Anak teman-teman Bunda juga banyak yang anaknya jadi ketua OSIS di sekolah-sekolah elite lagi. Sekolah kamu mah gak ada apa-apanya. Disuruh sekolah di tempat bagus malah gak mau."
"Bunda gak bangga?"
Retna mencebik sembari mengoles selai cokelat. "Buat apa bangga, itu gak ada apa-apanya. Kalau kamu bisa kayak kakak kamu baru Bunda bangga."
Hatinya tentu kecewa dan sakit, tetapi Dean tetap menahan senyumnya seolah tidak tersakiti akan tanggapan Bundanya.
Raefal menghadap Dean tidak paham apa yang dibicarakan kakaknya dan Bunda. "OSIS itu apa, Kak?"
"OSIS itu organisasi yang ada di sekolah dimulai dari tingkat SMP. Tujuannya melatih siswa untuk menjadi pemimpin. Tugasnya banyak dari membantu guru sampai menyusun suatu acara di sekolah." Raefal mengerjapkan mata masih tidak mengerti. Dean lantas mengusap-usap kepala adiknya. "Nanti kalau Raefal sudah besar pasti ngerti kok. Sekarang tugas Raefal belajar aja dan jadi anak yang pintar biar bisa banggain Bunda sama Ayah."
"Kalau Raefal sudah besar Raefal juga mau jadi ketua OSIS biar jadi orang hebat!"
"Kalau kamu mau jadi orang hebat dan berguna cukup dengerin omongan Bunda sama Ayah. Jangan kayak kakak-kakak kamu yang gak beradab cuma bisa bikin malu orang tua. Itu semua karena mereka gak dengerin omongan Bunda."
"Kak Dean sudah jadi orang hebat kok, Bun."
"Raefal berangkat sekolah sekarang, ya," ujar Dean mengalihkan topik sebelum Bundanya angkat bicara dan mengomel di pagi hari. Dean tidak ingin pertengkaran apalagi di depan Raefal.
Raefal turun dari kursi, seperti biasa Dean mengalungkan botol minum Tayo lalu mengantar adiknya ke sekolah. Melihat adik-adiknya beranjak Juna segera berbalik badan ke lantai atas, memilih lewat pintu belakang menghindari kontak mata dengan Dean dan Raefal yang selalu bisa mengiris-ngiris hatinya tak tega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Denting
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] 𝘚𝘦𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘰 𝘨𝘢𝘬 𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘤𝘢𝘮𝘱𝘶𝘳 - Arjuna Arjuna berdiri paling depan membela adik-adiknya jika terjadi suatu masalah, tidak mempedulikan bahwa dirinya juga terlalu banyak menanggung luka...