DENTING | DUA PULUH TUJUH

429 85 10
                                    

"Kenapa gak kasih tau gue dari dulu, Chik?" tanya Wandi dengan nada marah. "Lo gak tau malu ya? Udah tau Juna suka sama yang lain tapi masiiiihh aja lo kejar-kejar. Murahan tau gak lo, Chik?"

Chika menatap Wandi dengan tatapan kasar setelah kalimat menyakitkan menggores tepat di hatinya. Awalnya Chika tidak peduli mau seberisik apa Wandi jika mengetahui bahwa Juna menyukai cewek lain, tapi kalimat terakhir Wandi begitu melukainya.

"Kenapa? Emang kenyataannya begitu kan? Biar aja lo sakit hati, biar sadar kalau gak ada gunanya ngarepin orang yang jelas-jelas nolak lo dari dulu."

"Lo gak akan ngerti karena lo gak ngerasain apa yang gue rasain!"

"Masih aja bantah. Lo sendiri yang bilang kalau lo cantik banyak yang suka, terus kenapa masih aja ngarepin cowok kayak Juna? Cowok lain banyak, Chik."

Chika menggertak gigi, dadanya bergemuruh hebat, tangannya mengepal menahan amarahnya yang bisa saja meledak. Ini bukan sekali dua kali Wandi memarahinya, Wandi memang kadang seperti ini jika Chika melakukan hal yang menurut Wandi tidak berguna atau membahayakan. Wandi peduli, Chika tau itu, tetapi sayangnya Chika tidak suka Wandi yang mengaturnya seperti ini.

Chika beranjak pergi. "Jangan batu kalau dibilangin!" Chika tidak menghiraukan dan meneruskan langkahnya menuju lantai dua kamarnya, meniggalkan Wandi di ruang tamu.

****

"Woi, Wan! Malah bengong, Juna dah siap-siap tuh, lo gak mau persiapan juga?" tepukan dari Haga —teman Wandi menyadarkannya dari lamunannya. Wandi merasa sedikit bersalah karena memarahi Chika tadi, tapi dia juga merasa kesal karena Chika tidak mau memahami. Dia berdebat dalam hatinya apakah harus meminta maaf atau tidak?

Tak lama kemudian, atensi mereka teralihkan pada salah satu teman Wandi yang baru datang dengan wajah penuh luka. Cowok yang dikenal dengan panggilan Kris itu langsung terkulai di jalan.

"Kris, lo kenapa? Siapa yang gebukin lo?" tanya Haga panik.

Dari kejauhan Juna, Bill, dan Farel menatap lamat kehebohan di seberang. Cukup jelas untuk mereka mengetahui bahwa salah satu teman Wandi habis dikeroyok.

"Anak Regal, mereka udah mantau kita selama ini, Dikta sama Erik kena kejar, gue kena sial tadi karena nabrak lobang jadi jatoh."

"Semua pencar cari Dikta sama Erik!" seru Wandi. Tanpa berlama-lama cowok itu memakai helm nya dan mengendarai motornya, membatalkan secara sepihak pertandingannya dengan Juna malam ini.

"Eh, Jun, lo mau ke mana?" bingung Galen melihat Juna bersiap di motornya. Juna tidak menjawab dan langsung memacu laju motornya.

*****

Chika mencoba untuk mempercepat langkahnya ketika pulang dari minimarket karena merasa seseorang kembali mengikutinya. Ia mencoba untuk melihat siapa orang itu, tetapi orang itu selalu berada di belakang dan menutupi wajahnya dengan topi. Ia merasa sangat tertekan dan ketakutan mulai bersemayam. Chika memutuskan untuk berlari di jalanan yang mulai sepi mengingat jam menunjukkan hampir tengah malam. Ya, memang kesalahannya sendiri keluar rumah malam-malam seorang diri hanya untuk susu strawberry dan beberapa snack untuk menemaninya begadang.

"Akh!" Chika tersandung, barang belanjanya berserakan di jalan, tapi bukan itu yang Chika khawatirkan. Tubuhnya bergetar ketika orang itu berdiri di hadapannya. "Gue punya salah apa sama, lo? Kenapa lo ngikutin gue?!" Tidak ada jawaban, yang terlihat hanya senyum smirk dari lelaki itu, ya kini Chika bisa melihat jelas wajah orang yang mengikutinya tetapi tetap ia tidak mengenalinya.

"Mau kabur ke mana lagi lo sekarang? Kali ini lo gak bakal bisa lepas."

Chika benar-benar dibuat keringat dingin, tangan gemetarnya mengambil kotak susu dan melemparnya tepat mengenai wajah lelaki tersebut.  "Berengsek!"

DentingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang