DENTING | TIGA PULUH TIGA

115 11 6
                                    

"Makasih udah nganterin pulang."

Juna mengangguk, melepas helm dan ikut turun dari motornya, karena begitulah rutinitas Arjuna ketika mengantar Amora pulang. Ia akan menunggu Amora masuk ke rumah memastikan bahwa gadisnya aman. Gadisnya? Rasanya terdengar aneh mengingat mereka tidak ada hubungan apa-apa.

"Maaf juga udah bela-belain nganter, padahal tangan Lo masih sakit tapi malah maksa nyetir."

"Gue gak papa."

"Cieeee Kak Amora dianter cowok. Mamaaaaaaa Kak Amora dianter cowok Maaaaaaaa!"

"Keenan!" Amora memberi tatapan tajam pada adiknya.

"Cieee Kak Amora."

"Temen kakak, gak usah mikir macem-macem."

"Temen apa temen."

Amora mendesis, adiknya satu ini emang banyak tingkah. "Kamu juga ngapain jam segini baru pulang? Gak dijemput? Gak naik gojek?"

Lelaki berumur 15 tahun kelas tiga SMP itu mengangkat bahu tak acuh. "Habis latihan bola." Tempat latihannya hanya berada di sebelah kompleks, tidak jauh dari rumah.

Keenan memperhatikan Arjuna, Juna yang diperhatikan hanya balas memandang datar.

"Parah Lo kak, cowoknya lagi sakit dipaksa nyetir, parah sih parah."

"Mulutnya kebiasaan."

"Udah bang gue saranin putusin sekarang, detik ini juga, saat ini juga, gak baik jalin hubungan sama Kak Amora orangnya masih satu gen sama anak singa."

"Kalau Kak Amora singa kamu apa? Inget kita masih satu darah!"

"Enggak, gue anak normal. Lo kali kerjaannya ngomelin gue Mulu."

"Gak ngomel kalau kamu gak berulah Keenaaaaan."

"Tuh, Bang lihat sendiri, kan. Pencitraan aja dia tuh sok kalem depan orang-orang aslinya mah, hiiiih," kata Keenan menggendikan bahu.

Arjuna yang melihat perselisihan kakak adek itu hanya tersenyum tipis, apalagi melihat Amora yang tampak gemas pada adiknya tapi tidak bisa berbuat banyak. Keenan salah, Amora juga suka mengomel di sekolah jika melihat siswa yang tidak tertib mengingat posisinya sebagai wakil OSIS. Dan Juna tau sisi Amora yang seperti itu

"Masuk sana!" suruh Amora.

"Mau berduaan ya Lo, ihhh gue aduin Mama."

"Kee!"

"Maaaaaaa."

"Keenan gak usah teriak-teriak!"

"Maaa Kak Amora, Maaa—Akh!"

Amora menyentil dahi Keenan membuat anak itu mendesis sakit. "Udah dibilangin gak usah teriak-teriak."

"Sakit Kak!"

"Biarin."

Keenan mencebik, kali ini kembali memperhatikan Arjuna. "Sariawan ya bang diem aja?"

"Mulutnya," ketus Amora.

"Orang cuma nanya, salah?"

Juna menggeleng. "Enggak."

"Enggak apa nih? Gak salah, atau gak sariawan?"

Amora membuang napas berat, sudah tidak ada harapan menyuruh bocah tengil ini diam.

"Enggak sariawan."

"Nah gitu ngomong yang jelas."

"Kee bisa masuk duluan gak Kee?"

"Kenapa sih sewot amat orang belum kenalan." Keenan mengulurkan tangan pada Juna. "Kenalin Keenan."

DentingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang