Valid gak nih?
****
Arjuna berhenti di tangga terakhir menuju dapur. Meja makan yang biasanya sunyi berubah ramai. Bunda dan ayah yang biasa diam terlihat bersenda gurau, penuh senyum dan tawa. Arjuna diam sejenak sebelum menangkap sosok kakeknya ternyata berada di sana. Arjuna menghela napas, pantas saja.
"Dibangunin Dean dari tadi baru muncul sekarang. Sini sarapan dulu sebelum ke sekolah," ajak Kakek.
Arjun balik badan tidak menghiraukan ajakan kakeknya. Ia sangat menghindari makan bersama meski ingin. Alasannya sederhana, karena tidak mau mendengar perdebatan, keributan, dan kekecewaan. Bunda dan ayah juga tampak tidak suka jika makan bersama dengannya.
"Arjuna gak mau rayain ulang tahun bunda?"
Langkah Arjuna tertahan mendengar panggilan sang bunda. Apa dia tidak salah dengar? Bunda mengajaknya merayakan ulang tahun?
"Ayo sini makan bareng, bunda udah masak banyak buat anak-anak bunda. Gak sopan loh ada kakek ke sini."
Arjuna terhenyak, perlahan sudut bibirnya terangkat. Hatinya menghangat mendengar nada lembut bunda saat berbicara. Tanpa berpikir panjang Arjuna ikut bergabung bersama keluarganya, duduk di samping Dean—dekat bunda.
"Malam-malam Dean sama Raefal bikin kaget bunda tiba-tiba bawain kue. Bunda aja lupa kalau hari ini ulang tahun, ternyata anak-anak bunda pada ingat, ya. Cuma kamu aja yang gak ada. Ah, mungkin kamu lupa karena sibuk sama diri sendiri," sarkas Retna.
Retna mengambilkan lauk untuk Dean dan Raefal, tapi tidak untuk Juna.
"Arjuna gak diambilin juga, Bun?" tanya Dean.
"Oiya, ya ampun Bunda kira udah ambil sendiri-sendiri." Retna mengambilkan nasi ke piring Juna.
Arjuna tidak bisa mendeskripsikan perasannya saat ini, semua tampak tidak nyata. Hal sekecil ini yang dilakukan bunda bisa membuat Arjuna merasa menjadi orang paling bahagia sedunia. Kapan terakhir kali ia diambilkan makan oleh bunda? Kapan terakhir kali bunda tersenyum padanya? Kapan terakhir kali ia berkumpul dengan keluarga seperti ini?
"Ikat rambut Bunda lucu banget, beli di mana, Bun?" tanya Dean merasa gemas melihat ikat rambut Hello Kitty yang dipakai sang Bunda. "Biar kelihatan awet muda ya, Bun?"
"Ikat rambut Bunda hilang gak tau di mana terus Bunda lihat ikat rambut ini ada di meja tamu jadi Bunda pake aja. Gak tau punya siapa mungkin punya Bi Arin."
Arjuna kembali merasakan bahagia tak terhingga melihat ikat rambut yang dibelinya dipakai sang bunda. Ia sempat pesimis membayangkan ikat rambut itu akan berakhir di tempat sampah seperti kado-kadonya yang lain.
"Kamu gimana sekolahnya? Baik-baik aja?" tanya Kakek pada Juna.
"Baik, Kek," jawab Juna.
"Kalau Dean gimana? Masih sibuk ikut olimpiade? Kakek dengar kamu jadi ketua OSIS juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Denting
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] 𝘚𝘦𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘰 𝘨𝘢𝘬 𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘤𝘢𝘮𝘱𝘶𝘳 - Arjuna Arjuna berdiri paling depan membela adik-adiknya jika terjadi suatu masalah, tidak mempedulikan bahwa dirinya juga terlalu banyak menanggung luka...