Seperti yang dikatakan Kyle, polisi datang tidak lama setelah dia pergi. Polisi segera mengamankan Hendra beserta anak buahnya tak terkecuali Juna, Galen, Farel, dan Bill. Mereka diminta untuk memberikan keterangan kepada polisi dan menjelaskan kejadian yang terjadi. Namun, polisi tidak langsung membawa Juna dan Hendra ke kantor polisi seperti yang lain, melainkan ke rumah sakit terlebih dahulu untuk mengobati luka mereka yang lumayan parah. Bahkan tanpa mereka sadari Farel juga terluka di telapak tangannya karena menahan pisau yang dihunus kepadanya dan membuatnya harus mendapatkan beberapa jahitan.
Juna membuka mata perlahan, seketika merasa sakit di sekujur tubuh. Ia mengingat apa yang terjadi dan ternyata ia ketiduran sehabis diobati tadi. Ia mengedarkan pandangan ke ruang perawatan, melihat Bill yang tertidur di sofa.
"Udah bangun?"
Juna menoleh pada Dean yang baru masuk, mendengar keributan itu Bill ikut terbangun.
Juna mengangguk. "Hendra gimana?"
"Hendra masih dirawat, sekarat kayaknya lo bonyokin gitu," ujar Dean.
"Lo gak papa?" Juna bertanya pada Bill.
Bill memutar-mutar lengannya. "Aman," katanya dengan suara tenang. "Oiya kita gak perlu ke kantor polisi, Farel sama Galen juga bentar lagi nyusul ke sini kok."
"Kenapa?"
"Lo tau sendirilah bokapnya Farel selain banyak duit juga banyak koneksi. Jadi yaaa gituuu ... You know lah," ujar Bill.
Beberapa saat kemudian, Farel dan Galen tiba di ruang perawatan setelah dilepaskan dari kantor polisi berkat koneksi ayah Farel. Mereka bertemu dengan senyum lega.
"Gimana keadaan, lo?" tanya Galen pada Juna.
"Gak papa."
"Juna doang ditanya, gue gak?" komentar Bill dengan nada cemburu.
"Itu lo kuat berdiri. Tandanya gak papa, kan?"
Bill mencebik. "Iya deh."
Farel berbaring di sofa dengan ekspresi lelah. "Ahh, badan gue rasanya ringsek," keluhnya sembari memejamkan mata. Galen juga turut duduk di sofa, tampak kelelahan.
"Gak mau periksa? Mana tau ada tulang-tulang lo geser," saran Dean, meskipun tidak mendapat respons dari keduanya.
"Walaupun Hendra udah ketangkap tapi jujur gue masih belum tenang. Rasanya ngeganjel aja lihat dia masih bisa napas," kata Bill.
"Gue pikir kita semua punya pikiran yang sama. Gak pernah ada nyawa seharga bogeman doang. Hal yang dia lakuin ke Chika itu bener-bener bejat banget. Gue hampir gak bisa nahan diri pas ngelihat dia tadi," kata Galen. "Apa kita ke ruangannya diam-diam aja ya? Terus bekep sampe mati."
"Omongan lo, Gal," ujar Dean.
Galen mencebik. "Bercanda doang elah serius amat."
"Gue rasa ini udah cukup. Kita tinggal pastiin aja kalau polisi ngasih hukuman setimpal buat dia," ujar Dean.
"Tapi gue penasaran deh Jun," Farel bangkit dari tidurnya. "Kira-kira apa permintaan Chika ke Kyle? Kenapa Kyle bilang gak mau ngabisin lo karena Chika? Apa Chika minta buat Kyle gak macem-macem sama, lo?"
"Dia bilang gitu?" tanya Dean.
Farel mengangguk. "Kalau memang Chika minta begitu, berarti Chika sebenarnya masih suka sama, lo? Selama ini dia cuma pura-pura gak suka aja sama lo?"
"Logikanya aja sih, Rel. Chika suka Juna gak cuma sebulan dua bulan. Itu anak udah hampir dibilang obsesi. Jadi gak mungkin kalau dia cepet banget buat gak suka lagi sama Juna," jelas Bill. "Yang gue salutin malah Chika paham kalau Kyle gak bakal diemin Juna, jadi dari awal dia udah kasih peringatan ke Kyle buat gak hajar Juna."
KAMU SEDANG MEMBACA
Denting
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] 𝘚𝘦𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘰 𝘨𝘢𝘬 𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘤𝘢𝘮𝘱𝘶𝘳 - Arjuna Arjuna berdiri paling depan membela adik-adiknya jika terjadi suatu masalah, tidak mempedulikan bahwa dirinya juga terlalu banyak menanggung luka...