Bahagia yang sementara

4.7K 461 159
                                    

Biancha sedang video call dengan orang tuanya, mereka meminta Biancha untuk segera ke Jerman untuk menyiapkan barang barang pindahannya. Biancha tentu tidak langsung menerima permintaan orang tuanya. Ia sudah sangat nyaman tinggal di sini, apalagi dengan lelaki yang akhir- akhir ini memperlakukan dirinya layaknya ratu.

"Biancha, kamu harus segera berangkat nak" ucap Nira di panggilan itu. Biancha menggelengkan kepalanya pelan. "Kenapa cepet banget mah? Biancha juga belum bagi rapot. belum lagi acara kelulusan.."

Herman menggeleng sambil mengerutkan keningnya seperti marah, "Gaada ikutan acara begitu! papah sudah pesankan tiket. Waktunya, nanti papah kirim ke kamu. "

Tut!

Herman dan Nira mematikan sambungan itu, Biancha menghela nafas panjang lalu merebahkan tubuhnya ke kasur. "Huft.... kenapa si? pas aku udah nyaman sama sesuatu malah diharusin buat ditinggal?!" Biancha memasang wajah sedih.

"Argh!!! kenapa si! " Biancha beranjak dari kasurnya, ia melayangkan pukulan keras ke dinding kamarnya.

Bugh! Bugh! Bugh!

Biancha menangis, ia menatap tangannya yang luka dengan darah.

Alvin bisa mendengar Biancha yang berteriak dari kamarnya, "Pasti berulah lagi tu anak," Alvin beranjak dari kasurnya, ia bergegas memasuki kamar Biancha.

Ceklek!

Alvin berjalan ke arah Biancha yang sedang menatapi tangan berdarahnya. "Ngapain kamu!? masuk ko ga ngetuk dulu si! " Biancha meniup niup jarinya yang sakit. Alvin menatap Biancha dengan tangan yang ia masukkan ke dalam kantong, "Kalo gue ngetuk dulu, kelamaan. Jadi gue masuk aja langsung " ucap Alvin. "Lo gapapa?"

Biancha menatap Alvin "Menurut kamu? kayak gini di bilang gapapa?! " Biancha menunjukan jarinya yang luka dan berdarah.

Alvin melihat ke arah tembok yang ada di samping Biancha "Lo mukulin tembok?" Alvin menahan geli menatap Biancha. "Hm..." Biancha menatap Alvin malas.

"Lo kalo mau latihan, ke ruang gym aja. Ada boxing di sana.." ia masih menatap Biancha.

"Iya...." ucap Biancha malas.

Alvin menarik pelan lengan Biancha menuju lantai atas, tempat gym pribadinya. "Mau kemana!" Biancha menahan tarikan tangan itu, "Ke atas, ayok mau latihan kan lo?" Alvin kembali menarik pelan tangan Biancha. "Aw! pelan dong! " ucap Biancha. Alvin menaikkan satu alisnya, ia langsung menggendong Biancha ala bridal style, lagi. Alvin menaiki tangga menuju lantai atas.

***

"Coba, gue mau liat kemampuan lo bela diri" Alvin berdiri di samping Biancha yang sudah berada di depan boxing besar milik Alvin. "Kamu ngeremehin aku?! " Biancha menaikkan satu alisnya.

"Coba, gue mau liat kemampuan lo. " Alvin melipat kedua tangannya di depan dada bidangnya memerhatikan Biancha.

"Gila apa ya!? tangan aku kan-"

"Gausah manja, ayok. " Alvin menatap Biancha cuek. Biancha mengerutkan kening saat lelaki itu kembali ke sifat galak dan menyeramkannya.

"Iya! " Biancha bersiap untuk memukul boxing besar itu. Ia memukul tanpa apapun yang menutupi tangannya untuk memukul.

Bugh! Bugh! Bugh!

Biancha melayangkan beberapa pukulan dengan tangannya, diikuti dengan tendangan dari kakinya.

Bugh! Bugh!

Alvin tersenyum miring melihat gadis itu, "Boleh juga.." Alvin menurunkan tangan yang semula ia silangkan di depan dadanya. "Mau ngapain lo!?" ucap Biancha yang melangkah mundur saat melihat Alvin berjalan pelan mendekati dirinya.

Alvin abasya (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang