Melupa

4.6K 472 199
                                    

7 tahun kemudian....

Alvin berkuliah di salah satu universitas terkenal di Bandung, ia mengambil jurusan manajemen bisnis. Sebenarnya, yang Alvin inginkan adalah menjadi dokter. Namun Harris meminta agar Alvin bisa sepertinya saat sudah bekerja nanti.

Alvin kini sudah memimpin suatu perusahaan besar yang ia mulai dari nol. ia sudah tinggal sendiri karena ia pikir, kalau sudah bisa membeli rumah yang layak, mengapa harus tetap tinggal dengan orang tua? .

Alvin kini sudah menjadi pria yang kaya raya, ia sukses membangun perusahaan. Perusahaan Alvin juga sudah banyak bekerja sama dengan perusahaan luar.

7 tahun telah berlalu, tapi masih saja Alvin belum bertemu dengan Biancha. Ia masih setia menunggu gadis itu. Alvin tidak tau Biancha kemana, karena saat Alvin berkunjung ke rumah Biancha, penghuni rumahnya sudah bukan keluarga Biancha.

Alvin juga masih memakai cincin tunangan mereka, yang 'Katanya' setelah keduanya sudah sukses, mereka akan segera menikah.

Sebelum ia pindah, Alvin sempat melihat Kedua orang tua Biancha sedang mengobrol dengan kedua orang tuanya di ruang tamu. Namun saat Alvin hendak menghampiri, kedua orang tua Biancha sudah berpamit pulang.

***

Alvin kini sedang berada di ruangan kantor miliknya, ia sedang menandatangani surat surat. setelah menandatanangi surat, Alvin memutar kursinya menghadap view jalanan. Alvin menghembuskan nafas panjang "Cha, lo kemana? gue masih nunggu lo.." ucap Alvin menatap cincin tunangannya dengan Biancha.

Tiba-tiba, Alvin mengerutkan kening dengan wajah lesuh, ia teringat perkataan dokter yang baru saja ia datangi kurang lebih 3 hari yang lalu. "Kamu sudah stadium empat.." .

Suara dering telfon Alvin berdering, di ponsel itu tertulis nama "Mamah" Tanpa lama, ia mengangkat telfon itu.

"Halo mah? kenapa?"

"Vin! ke rumah sakit sekarang! Cleo masuk rumah sakit! " ucap Ranty terisak.

"Iya mah iya... mama sharelock rumah sakitnya. Alvin kesana sekarang."

tut!

Setelah mendapat lokasi rumah sakit, Alvin dengan bergegas menuju rumah sakit. Ia berjalan cepat sambil menghubungi sekertarisnya lewat pesan, bahwa ia akan pergi sebentar.

Alvin memasuki mobil sportnya, ia mengendarai dengan kecepatan tinggi. "Cleo... lo kenapa lagi si ah! nambah beban pikiran ae lu! " ucap Alvin yang sebenarnya juga sangat panik.

***

Alvin kini sudah berada di rumah sakit, ia berlari mencari orang tuanya. Saat ia sedang belari, Alvin bertubrukan dengan seorang gadis yang memakai baju inap, gadis itu nampak sangat pucat.

Bruk!

Alvin segera menolong gadis itu. Saat ia hendak membantu gadis itu berdiri, rambut yang semula menutup wajah gadis itu terbuka.

"San?!" ucap Alvin. Ghaisan menatap Alvin lirih "H-hai..."

"Lo kenap--Lo masih sakit!?" ucap Alvin yang teringat bahwa Ghaisan mengalami gagal jantung. "San? gue boleh tau? kenapa lo bisa sampe kayak gini?" ucap Alvin mengajak Ghaisan duduk terlebih dahulu. Walau kondisinya juga darurat, tapi jika berbincang sebentar mungkin bisa.

"Gue ga tau kenapa gue gagal jantung, waktu itu gue baru pulang sekolah.. terus pas gue mau ke kamar..jantung gue bener bener sakitttt banget.." Ucap Ghaisan yang menatap Alvin lirih. Alvin mengangguk "Lo di rawat inap disini kan?"

Ghaisan tersenyum tipis, "I-iya.."

"Kalo gitu, gue tinggal bentar ya.. nanti kita lanjut ngobrol lagi.." Alvin hendak melangkahkan kakinya, namun tangan Ghaisan menahan Alvin. "Kenapa, San?"

Alvin abasya (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang