Bab 21

2.5K 453 106
                                    

Rama membawa Dara pergi dari pesta itu, sedangkan sang anak dia titipkan pada ibu Dara. Dara diam saja di dalam mobil, dan beruntungnya Rama tidak mengintrogasinya. Mobil mewah Rama mulai masuk ke dalam sebuah basement apartemen, dan Dara merasakan firasat buruk.

"Kenapa kau membawaku ke sini?"

Rama tidak menggubris, pria itu malah turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Dara.

"Aku tidak mau turun!"

"Baiklah itu pilihanmu," decak Rama kemudian menggendong Dara untuk turun dari mobil.

Dara membulatkan matanya lebar, Rama bukan hanya menggendongnya saja tapi pria itu membawanya untuk masuk ke dalam lift. Dara jelas berontak dan meminta turun, namun Rama tetap pada pendiriannya membawa Dara.

"Diam lah, kau ingin aku menyentuhmu di sini?!"

"Brengsek!" Umpat Dara marah.

Lift berhenti ketika ada yang akan naik membuat Rama memundurkan kakinya. Seorang pria dan wanita seumuran kedua orangtuanya masuk ke dalam, Rama hanya mengangguk sopan.

"Manis sekali, apakah kekasihmu sakit?" Tanya wanita paruh baya itu memandang Dara yang berada di gendongan Rama.

Rama menggeleng dan tersenyum misterius. "Tidak, istriku hanya kelelahan, biasa pengantin baru." Balas Rama dengan seringai.

Wajah wanita paruh baya itu memerah, sedangkan Dara? Dia benar-benar ingin menghilang dari lift ini.

"Dia seperti kita, sayang." Ucap pria paruh baya disebelah sang istri yang tersenyum melihat Rama dan Dara.

"Tapi semoga kisah mereka tidak seperti kita," sahut sang istri memandang lembut pasangan muda di belakangnya.

Baik Dara maupun Rama terdiam mendengar perkataan wanita tersebut.

"Kami berharap kalian selalu bersama, jangan terpancing oleh emosi sesaat yang membuat kalian menyesalinya." Ucap tulus wanita di hadapannya.

"Terima kasih untuk doa-nya, kami permisi." Rama berujar dengan sopan di angguki sepasang suami istri yang masih berada di dalam lift.

Rama kembali melangkah membawa Dara untuk masuk ke dalam apartemennya.

Rama mendudukan Dara disebuah sofa, mata jernih Dara memindai sekeliling.

"Bisa kau jelaskan mengenai kehebohan tadi saat di hotel?"

Perkataan Rama membuat Dara menoleh memandangnya.

"Apa kau amnesia?"

Rama berdecak mendengar jawaban main-main Dara.

"Aku tidak ingin bertele-tele, jadi sebaiknya kau jelaskan saja apa tujuanmu tadi?"

"Jika kau tidak amnesia, berarti kau tuli sehingga kau tidak mendengarkan perkataan ku,"

"Dara!"

"Hm."

"Jelaskan! Apa kau ingin kita menikah?"

Dara berdecak kemudian tersenyum remeh, "ck dalam mimpimu!"

Rama mengacak rambutnya frustrasi, benar-benar bingung dengan perkataan Dara.

"Lalu mengapa kau berbicara seperti itu?!"

"Aku pikir kau pintar, tapi ternyata kau bodoh. Aku hanya bergurau, mana mungkin aku mau menikah denganmu!"

Rama memandang Dara dengan tatapan tidak bisa percaya, dia pikir Dara benar-benar ingin menikah dengannya dan kembali memulai lembaran baru dengannya. Tapi dugaannya salah, Dara hanya bergurau dan jelas dia tidak menyukainya.

The BeginingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang