Bab 34

824 88 11
                                    

Indi rupanya lupa, jika ada seorang wanita yang berada di sisi Dhafa. Dia seolah tidak melihat keberadaan Dara.

"Wah sama Tante juga, kalian mau makan yah? Ayok bareng aja sama Tante, Tante udah pesan meja di dalam." Ajak Indi dengan semangat.

***

Makan siang canggung itu berakhir dengan Indi yang pergi lebih dulu, namun sebelum itu dia berbicara pada Rama saat Dara pergi ke toilet.

"Maaf, Pak kalau saya lancang. Saya mau tanya, wanita itu ... siapa?"

Salah satu alis Rama tertarik ke atas mendengar pertanyaan tiba-tiba dari sekertarisnya itu.

"Apa kamu merasa terganggu?"

"Maaf, iya, Pak. Saya, saya suka sama Bapak."

Sudah Rama duga, sikap wanita itu akhir-akhir ini lebih agresif menunjukkan ketertarikannya.

"Maaf Indi, saya sepertinya lupa kasih tahu kamu. Kalau dia ibu dari anak saya."

Jawaban Rama jelas saja membuat Indi kaget bukan main, pasalnya selama ini dia menganggap jika Rama seorang duda anak satu. Rupanya dia salah sangka, bos nya itu ternyata sudah menikah.

Wajah Indi seketika sendu, dia menundukkan wajahnya.

"Maaf, Pak. Saya tidak tahu jika Bapak sudah menikah. Maaf, Pak kalau saya lancang menyukai Bapak."

Rama mengangguk, "iya, saya maklum."

"Kalau begitu saya permisi, maaf sudah mengganggu familly time-nya."

"Its oke, hati-hati, Ind."

Wanita itu kembali mengangguk lalu pergi meninggalkan Rama.

Tak lama setelah kepergian Indi, Dara dan Dhafa menghampiri Rama.

"Kemana wanita tadi?" Tanya Dara yang tak melihat Indi.

"Oh, pulang. Ayok Dhafa habis ini mau kemana lagi?"

"Mana yah, jalan-jalan dulu yah, Papa."

"Oke."

Keluarga kecil itu lantas meninggalkan restoran.

"Kamu gak niat buat nikahin dia, Ram?"

"Maksudnya?"

"Perempuan tadi, dia suka kamu 'kan?"

"Kamu tahu?"

"Udah kebaca," balas Dara sambil tersenyum sinis.

"Kamu sendiri gimana?"

"Kok tiba-tiba aku?"

Mereka rupanya tidak menyadari jika diam-diam Dhafa mendengarkan apa yang ayah dan ibunya itu bicarakan. Wajahnya seketika muram, dia sedih. Sangat.

"Iya, kamu gimana? Mau nikah sama laki-laki yang sering anter jemput kamu?"

Kara diam, lalu menghela napasnya. "Ntah lah, kalau Dhafa izinin, mungkin ..."

Seketika itu juga Dhafa lalu melepaskan tangannya pada sang ibu dan ayah. Mereka lantas menghentikan langkahnya, ngomong-ngomong mereka berada di sebuah taman bermain. Karena sebentar lagi akan ada acara di sini, maka dari itu Dhafa meminta mereka untuk kemari. Karana dia ingin mengunjungi pasar malam, taman yang di tempati mereka jaraknya tak jauh dengan pasar malam.

"Papa, Mama. Boleh Dhafa bicara?"

Ayah dan ibunya itu mengangguk.

"Dhafa jahat gak, kalau pengen kita gini aja? Papa Rama dan Mama Dara jadi orangtua Dhafa. Nggak ada yang lain?"

The BeginingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang