Bab 22

2.4K 445 94
                                    

Setelah malam itu, hubungan Rama dan Dara malah semakin memburuk. Dara kembali mengacuhkan Daffa, ya selama ini Dara hanya berpura-pura baik pada Daffa untuk melancarkan misinya. Akibatnya Daffa selalu sedih dan terlihat murung, Rama jelas  merasa bersalah pada anaknya itu. Dan setelah dirinya berpikir lebih jernih, dia tidak akan memaksa Dara untuk menikah dengannya. Baginya asal Dara masih bersama dirinya dan juga Daffa dia tidak masalah.

Rama yang tengah melamun di dalam kantornya, seketika mengernyitkan keningnya, ketika melihat seorang wanita yang menerobos ke dalam kantornya.

Fita menggebrak meja kerja Rama dengan pandangan marah.

"Apa perkataan malam itu benar?"

Rama dengan mantap mengangguk. Fita menggeleng tidak percaya, dia pikir malam itu hanya mimpi baginya, tapi ternyata tidak. Dan itu jelas-jelas melukai perasaannya.

"Mengapa kau melakukan itu padaku? Bukankah kita sudah sepakat untuk menikah?!"

Rama memundurkan kursinya, memandang Fita dengan datar.

"Dulu memang aku mencintaimu, sebelum aku mengenal Dara. Tapi, setelah aku mengenal Dara. Cinta untukmu telah hilang,"

Fita terkejut mendengar pengakuan Rama, tidak percaya jika pria di depannya itu bisa berkata seperti itu kepadanya.

"Ka-kau bercanda?"

Rama kembali menggeleng.

"Lalu, selama beberapa tahun ini kau anggap aku apa? Aku selalu menyerahkan tubuhmu kepadamu, tapi mengapa kau bisa berbicara segampang itu?!"

Rama mendengus, "Fita, Fita. Kau terlalu naif, kau yang selalu menyodorkan tubuhmu kepadaku secara cuma-cuma, belum lagi kau selalu menaruh obat perangsang di dalam minumanku, dan aku jelas pria normal. Jadi seharusnya kau tidak perlu mendramatisir seperti itu, lagi pula kau menikmatinya,"

Kali ini wajah Fita sudah tidak ada mukanya lagi, dia benar-benar merasa terhina dan juga marah.

"Kau jahat, kau benar-benar jahat!"

"Yes, i'am,"

"Tapi aku tidak akan pernah melepaskanmu, aku tidak akan pernah membatalkan pernikahan kita. Ingat, jika aku tidak bisa memilikimu, Dara pun tidak bisa memilikimu!" Seru Fita sarat akan ancaman.

Setelah mengatakan kata-kata tersebut, Fita lantas pergi meninggalkan ruangan Rama dengan wajah angkuh.

Rama sendiri yang melihat Fita pergi seketika menghela napasnya kasar. Dia harus mengawasi Fita jika tidak ingin Dara kenapa-kenapa, dia tahu dengan pasti Fita yang sekarang bukanlah gadis remaja lagi. Wanita itu sekarang memiliki emosi yang meledak-ledak dan juga temprament. Mana mungkin dia menikahi wanita modelan seperti itu, ck yang benar saja!

Tak ingin menunda lagi, Rama langsung menelepon orang yang bisa membantun dirinya. Karena dia tidak tahu Fita akan berbuat nekat seperti apa kepada Dara.

🍃
🍃
🍃
🍃

"Mas, ayolah kita bisa minta orangtua Rama lagi untuk kembali menjodohkan Rama dengan Fita," ujar Sonya istri kedua Hendrick ayah Dara.

Hendrick hanya diam, dia tidak bisa  untuk meminta besannya itu membatalkan pertunangan Dara dengan Rama. Karena yang di ucapkan calon besannya itu benar, hanya keturunan dari dirinyalah perjodohan itu sah, sedangkan Fita. Dia hanya anak tirinya, dan jelas Fita tidak akan bisa menjadi bagian dari keluarga Rama.

"Tidak, itu tidak akan bisa."

"Tapi, Mas ... "

"Kita bisa menjodohkan Fita dengan kenalanku yang lain, yang sederajat  dengan kita."

"Tidak, seharusnya kau tahu jika Fita hanya mencintai Rama bukan pria lain,"

"Yeah aku tahu, tapi aku tidak bisa memaksa Rama untuk menikah dengan Fita. Rama menginginkan Dara yang menjadi istrinya, terlebih Reno sudah menyetujuinya,"

Sonya yang mendengar perkataan suaminya itu meradang.

"Dan Mas akan membiarkannya? Membiarkan Fita menderita?!"

"Sonya, mengertilah!"

"Tidak! Aku tidak akan membiarkan anakku menderita. Jika kau tidak bisa, aku sendiri yang akan bertindak." Seru Sonya marah, kemudian beranjak dari sofa dan melangkah meninggalkan Hendrick.

Hendrick menghela napasnya kasar, pikirannya seketiks tertuju pada istri pertamanya. Dia tidak bisa percaya, jika wanita itu kini telah sembuh dan terlihat berbeda. Karena terakhir dia mendapati info, jika istri pertamanya itu depresi. Tapi sekarang istri pertamanya itu telah sembuh, dan dia kaget akan perubahannya.

Ketika Hendrick melamunkan istri pertamanya, ponsel yang berada di atas mejanya itu berbunyi pertanda seseorang telah meneleponnya. Ketika  Hendrick mengangkat ponselnya, suara dari ujung sana membuat degup jantungnya berdetak lebih cepat.

"Ibu Sekar mengirimkan dokumen surat cerai, Pak. Tadi ada seseorang yang mengirimkannya ke kantor," jelas orang itu di ujung sana.

🍃
🍃
🍃
🍃

Daffa menunduk lesu ketika menunggu Rama yang akan menjemputnya.

"Heh mana ibu, mu? Bukannya kemarin kamu bilang jika ibumu yang akan menjemputmu?" Seru seorang anak bertubuh gempal.

"Dia kemarin, kemarin juga bilang seperti itu," sahut anak lainnya yang berambut keriting.

Daffa hanya menunduk tak ingin membalas ucapan teman sekelasnya. Dia sudah sering di ejek tidak memiliki ibu oleh mereka berdua, pada awalnya dia membalas. Namun, ketika ibunya kembali ke sifat yang semula. Daffa hanya bisa diam tanpa mau membalas ejekan kedua temannya itu.

"Bilang saja kau tidak punya ibu, tidak usah berbohong."

"Aku punya ibu!"

"Aku punya ibu," ejek Bagas si anak bertubuh gempal.

"Kalian kenapa tidak percaya padaku, aku memang punya ibu!"

"Mana? Mana ibu mu? Selama ini kami tidak pernah melihat ibu mu, sudah lah tidak usah berbohong lagi. Kau memang tidak punya ibu," kali ini Bayu yang bersuara.

"Kalian jahat!"

"Haha ... Kau anak nakal kali, makanya kau tidak mempunyai ibu," lagi Bagas yang berujar.

"Tidak! Kau yang nakal, bukan aku!"

"Apa kau bilang? Dasar anak haram, kau memang tidak punya ibu!"

Geram Bayu yang langsung mendorong tubuh kecil Daffa. Sehingga bocah tampan itu jatuh terduduk dengan wajah berkaca-kaca. Sedangkan Bagas dan Bayu yang melihat Daffa terjatuh malah menertawakannya.

"Rasakan! Kau pantas mendapatkan itu. Hahaa ... " Puas Bagas menertawakan bersama Bayu.

Mata Daffa sudah berkaca-kaca, dia menangis bukan karena sakit akibat terjatuh. Tapi perkataan Bayu yang mengatainya anak haram, hatinya sakit sekali mendengarnya.

Daffa yang masih terduduk, dan Bayu serta Bagas yang masih menertawakannya tiba-tiba saja, tawa Bayu dan Bagas seketika berhenti digantikan dengan jerit kesakitan. Di belakang Bayu dan Bagas telah berdiri Dara dengan kedua tangan yang tengah menjewer kuping anak bandel tersebut.

"Dasar sialan! Apa kalian berdua tidak di ajarkan sopan santun oleh ibu kalian hah?!" Bentak Dara pada kedua bocah yang tengah menangis akibat jewerannya.

"Ta-tante si, siapa? Tolong lepaskan tangannya, kuping kami sakit." Mohon Bayu dengan wajah yang dipenuhi lelehan air mata.

"Saya Ibu nya!" Bentak Dara lagi yang membuat kedua bocah kecil itu tersentak kaget.

Perkataan Dara jelas bukan hanya mengagetkan Bayu dan Bagas, tapi juga Daffa dan pria yang sedang berjalan ke arah mereka.

🍃
🍃
🍃
🍃

Tbc

Haii sorry yaaa up nya lama, minggu kemarin saya sedang kurang fit+kerjaan saya sedang banyak. Jadi maaf kalau up nya lama, dan terima kasih banyak untuk pembaca setia Dara. Terima kasih banyak yaaa, jaga selalu kesehatan kalian yaaa. Semoga part ini kalian suka yaa,. Hehe

The BeginingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang