Bab 3

2.7K 385 61
                                    

Ujian kelulusan kini berada di depan mata, semua murid kelas 3 telah melakukan ujikom. Dan mereka tinggal mengikuti ulangan tertulis saja, Dara beruntung memiliki kepala dengan daya serap yang bagus. Sehingga dirinya tidak membutuhkan waktu lama untuk menghafal. Itu suatu keuntungan baginya di saat seperti ini, saat kedua orangtuanya yang kembali bertengkar.

Dara yang berada di halaman belakang tengah belajar, kembali mengeluh begitu mendengar pertengkaran kedua orangtuanya. Ia sudah muak dan benci, melihat ibu dan ayahnya yang kembali ribut untuk sesuatu yang belum tentu benar.

Dulu ketika orangtuanya bertengkar seperti ini, dia merasa sedih dan diam-diam akan menangisi mereka. Tapi sekarang, hatinya sudah lelah melihat dan mendengarkan mereka yang seperti itu. Dara merasa ingin kedua orangtuanya itu berpisah saja daripada harus seperti ini setiap bertemu.

Akhirnya Dara memilih untuk keluar dari sana, ia lantas menghampiri kedua orangtuanya yang berada di ruang makan. Karena letak halaman belakang tidak jauh dari ruang makan, hanya dihalangi oleh sebuah tembok sebagai pembatas.

"Bisakah kalian berhenti! Aku muak mendengar kalian yang selalu bertengkar. Lebih baik kalian berpisah saja daripada harus seperti ini!" Seru Dara dengan nada tinggi, sehingga kedua orangtuanya berhenti.  Dan melihat dirinya dengan pandangan berbeda-beda, antara kaget dan juga marah.

"Tutup mulut kamu, Dara! Sebaiknya kamu pergi ke kamar dan lupakan kejadian ini!" Jawab sang ayah pada putri satu-satunya.

Dara berdecak.

"Turuti apa kata Ayahmu. Dan jangan pernah berkata seperti itu lagi!" Jawab sang ibu.

Dara memandang kedua orangtuanya dengan pandangan yang sulit dijelaskan. Ia tersenyum miris kemudian pergi meninggalkan kedua orangtuanya.

Dara lantas berjalan ke kamar dengan langkah lebar, ia mengambil sebuah obat yang selalu membantunya ketika sedang begini. Setelah meminumnya dengan dosis biasa, ia lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur. Tak membutuhkan waktu lama membuatnya bisa tertidur dengan nyenyak.

Ini bukan kali pertama Dara mengkonsumsi obat seperti ini, dia sudah beberapa kali. Sejak melihat pertengkaran orangtuanya beberapa bulan lalu, dia selalu terbangun ketika memimpikan kedua orangtuanya yang bertengkar. Dan ketika dirinya terbangun, ia kesulitan untuk tertidur. Maka dari itulah ia selalu mengkonsumsi obat tersebut jika dirinya sedang tertekan, tidak bisa mengeluarkan amarahnya, dan tidak bisa kembali tidur. Dengan obat seperti itu membuatnya bisa tidur dengan nyenyak, dan melupakan masalahnya sejenak.

_
_
_
_

Hari-hari berat Dara sebagai seorang siswi kini berakhir, mereka semua lulus. Dara sedikit kecewa dengan hasil nilai yang diperolehnya, nilainya cukup memuaskan sebenaranya. Hanya saja dia tidak bisa masuk ke universitas keinginanya, dia jelas kecewa. Ini semua gara-gara kedua orangtuanya, andai saja dia tidak memedulikan pertengkaran ibu dan ayahnya. Mungkin nilainya akan sempurna, tapi lihatlah dia hanya mendapatkan nilai yang tidak sesuai keinginannya. Impiannya untuk masuk universitas Boga khusus memasak hilang sudah.

"Coba aku lihat nilaimu." Sahut Rama tiba-tiba mengambil hasil nilai kelulusan Dara.

Dara hanya pasrah begitu kertas penting itu di ambil Rama. 

"Fita ke mana? Aku tidak melihatnya." Tanya Dara pada Rama.

Rama yang tengah asik membaca hasil kelulusan Dara, membalas pertanyaan sang kekasih dengan santai. "Tidak tahu, mungkin bersama temannya."

"Nilaimu bagus. Aku bangga padamu." Ujar Rama sambil mengecup rambut Dara, lalu membalikan kertas tersebut pada sang empunya.

"Tapi tetap saja, aku tidak bisa masuk ke universitas yang aku mau." Balasnya sedih.

The BeginingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang