Bab 6

2.8K 478 173
                                    

"Apa yang kau lakukan, Dara. Hentikan!"

"Tidak, dia pantas mendapatkannya." Sembur Dara marah sambil tetap menjambak Fita.

"Kau pikir kau cantik? Hah?!" Dara semakin menjambak Fita keras,  membuat kepala Fita mendongak ke atas.

"Rambutmu yang kau banggakan, ini pasti dari uang Ayahku. Karena aku tahu, kau itu miskin. Kau dan Ibumu hanya memanfaatkan pria kaya untuk memenuhi gaya hidup kalian!" Seru Dara lagi dengan mata menyorot dingin sambil tangannya tak lepas menjambak rambut Dara.

"Lepaskan tanganmu dari rambut anakku!" Seru wanita paruh baya marah, tak rela jika Fita diperlakukan seperti itu oleh anak tirinya.

"Boleh saja, asal kau mau menggantikannya. Bagaimana?" Balas Dara memandang wanita itu dengan seringai setan.

"Hentikan Dara. Kamu bisa membuat kepalanya botak." Seloroh Ayah Dara yang kini telah berdiri di dekat Dara.

"Justru itu yang aku inginkan, membuat kepalanya botak, ckck pasti akan sangat cantik."

"Dara, to-tolong le-lepasin. I-ini sa-sakit." Mohon Fita dengan mata berkaca-kaca menahan sakit.

"Benarkah? Tapi aku tidak percaya, karena seharusnya akulah di sini yang tersakiti bukan kau!" Tandas Dara sengit.

"Dara!" Bentak Rama keras yang membuat Dara seketika melepaskan jambakannya pada rambut Fita dengan dorongan yang keras. Membuat Fita yang lemas terjatuh seketika,Rama dan juga wanita menjijikan disebelah itu berdiri. Mereka bertiga memandang Dara dengan tatapan marah.

Sedangkan Rama langsung menghampiri Fita yang masih terjatuh, membantunya untuk berdiri. Diikuti dengan pandangan dingin Dara, berbeda sekali dengan perasaannya yang sesak. Melihat Rama yang peduli pada wanita lain di depan dirinya.

"Kamu sudah keterlaluan, Dara. Fita sudah menjadi saudaramu!" Bentak  ayahnya marah, yang sepertinya tidak peduli mereka berada di mana, sekalipun menjadi tontonan.

"Ck apa, saudara? Yang benar saja! Sampai kapanpun, dia dan Ibunya hanya wanita asing yang tidak sengaja Ayah pungut!"

"Cukup Dara! Kamu sudah keterlaluan!" Seloroh Rama dengan keras, salah satu tangan menompang tubuh lemas Fita.

Dara terdiam mendengar bentakan Rama padanya, kemudian tiba-tiba dia tertawa. Dara sepertinya tidak mempedulikan dirinya berada ditempat kerjanya, yang bisa saja mengancam pekerjaannya akan tindakannya kali ini.

"Aku, keterlaluan? Ck apa nggak salah? Kalian yang keterlaluan." Seru Dara muak memandang mereka berempat.

"Kamu, Rama selama ini kamu dan Fita berselingkuh dibelakang ku. Sampai rasanya aku muak melihat kalian yang berpura-pura di depanku." Seru Dara sengit sambil mengalihkan tatapannya kepada Rama dan Fita.

Rama dan Fita jelas kaget akan ucapan Dara, tidak menyangka jika hubungan yang selama ini mereka tutupi akhirnya terbongkar juga.

"Aku bertanya-tanya, kapan kalian akan mengatakan jika kalian selama ini berselingkuh. Tapi, sepertinya kalian tidak berniat untuk mengatakannya. Jadi, yasudah lebih baik aku membongkarnya saja bukan. Aku tidak menyangka, Ayah dan kekasihku menyukai wanita-wanita menjijikan seperti kalian."

Ucapan Dara semakin membuat sang ayah murka, karena detik berikutnya pria paruh baya itu menampar wajah Dara dengan keras. Membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah. Baik Dara, Rama dan juga wanita yang menjadi musuhnya itu kaget. Tidak percaya jika ayah Dara mampu menampar sang anak di depan umum.

Pekikan kaget seketika memenuhi restoran tersebut. Dan lagi-lagi mereka berlima tidak mengindahkan.

Ayah Dara memandang tangan yang digunakannya untuk menampar sang anak, emosi masih melingkupi dirinya. Ia sendiri tidak percaya bisa lepas kendali dengan menampar Dara. Tapi anaknya itu memang harus diberi pelajaran, agar menghormati pada yang lebih tua.

The BeginingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang