Bab 11

3K 517 143
                                    

Sepulang Dara dari klinik kandungan, ia hanya bisa diam. Pikirannya benar-benar berkecamuk, usia kandungannya sudah 3 minggu. Itu artinya masih kecil dan dia bisa untuk mengugurkannya, yah dia sudah memikirkannya dia akan mengugurkan janinnya. Karena jika dirinya tetap membiarkan janin itu hidup, itu hanya akan menghalangi langkahnya. Dara segera masuk ke dalam rumah, ia kemudian mencari tahu obat atau makanan apa saja yang bisa mengugurkan kandungan. Dara akan mencobanya satu persatu, dan ia berharap dalam sekali percobaan akan berhasil.

Namun sepertinya nasib malang memang membayanginya, karena percobaan untuk mengugurkan tidak pernah berhasil. Janin itu tetap kuat, padahal Dara yakin jika dia sudah memakan obat atau makanan yang membuat nyawa janinnya itu menghilang. Tapi tetap saja itu tidak mempan, sampai sekarang kandungannya itu kuat. Dan itu jelas membuat Dara muak dan lelah, Dara menangis sambil memukuli perutnya. Tidak terima jika dirinya tetap mengandung.

Keadaan Dara yang seperti ini,  membuat beberapa teman yang berhasil dengan Dara khawatir. Termasuk Galang dan Alan, dua pria berbeda umur itu berlomba-lomba memerhatikan Dara. Jika Alan secara terang-terangan, lain halnya dengan Galang yang yang tidak secara langsung. Mereka semua hanya mengira jika Dara sakit, karena wajah  Dara terlihat lebih tirus dan pucat. Dan Dara bersyukur karena selama bekerja, dia tidak pernah merasakan mual.

Akibat kehamilannya ini, Dara jadi absen untuk mengerjai Fita. Dia terlalu malas dan lelah, apalagi setiap pagi dirinya selalu mual dan berakhir muntah. Itu benar-benar tidak baik untuk tubuhnya, nafsu makannya pun berkurang membuat tubuhnya kurus.

"Aku sudah memberimu izin, kenapa kamu masih bekerja?" Tanya Galang dengan wajah dingin.

Dara menghela napasnya. "Nggak usah, aku baik-baik aja." Tukas Dara sambil memandang atasannya itu dengan senyum tipis.

"Kau yakin?" Tanya Galang dengan mata menyipit.

Dara mengangguk, "aku hanya kelelahan saja, Pak Galang nggak usah  khawatir."

Dan Galang mendengus sebagai jawaban.

"Baiklah, aku nggak bisa memaksamu. Jika kamu sudah tidak kuat, kamu bisa istirahat."

Dara kembali mengangguk sebagai jawaban, setelah memastikan bawahannya itu benar baik-baik saja, Galang lantas pergi dari dapur dan kembali menuju ruangannya.

_
_
_
_
_

Kandungan Dara sudah berjalan 3 bulan, dan sejak dua bulan lalu dirinya selalu kesusahan oleh janinnya. Setiap pagi dirinya selalu muntah, tidak ada yang bisa dia makan selain air hangat, ini benar-benar membuatnya muak. Terlebih dia tidak bisa memakan makanan yang disukainya, ia selalu menangis jika perutnya mulai berulah. Dia sungguh-sungguh tidak menginginkan bayi ini, dirinya sudah kehabisan ide untuk mengugurkan bayinya. Kandungannya begitu kuat, dan bayinya seolah tidak ingin menghilang dari perutnya, yang membuat Dara semakin membenci janinya tersebut.

Dara merosot di depan pintu, wajahnya begitu pucat dengan mata yang berkaca-kaca. Ia terus memukul perutnya sambil menangis, dia baru saja memuntahkan cairan bening yang selalu dia keluarkan setiap bangun tidur. Tubuhnya begitu lemas, sampai membuatnya tidak dapat berdiri.

Pada akhirnya yang dilakukan Dara merangkak ke arah nakas, mengambil ponsel dan mengetikan pesan pada Galang jika dirinya tidak bisa bekerja hari ini. Balasan pesan Galang memang biasa saja namun terlihat peduli, begitu pula dengan Alan. Alan terlihat lebih heboh dan cerewet, dan itu membuat dirinya tersenyum disela rasa mualnya. Dara tahu, jika Alan memiliki rasa terhadapnya dan sayangnya dia hanya menganggap Dara sebagai kakanya saja, tidak lebih. Dan Alan sudah tahu itu, tapi tetap saja Alan tidak menyerah untuk mengambil hatinya. Sedangkan Dara sendiri membiarkan, berharap jika usaha Alan berhasil untuk merebut hatinya.

The BeginingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang