Bab 20

2.6K 480 153
                                    

Teriakan wanita yang baru saja datang itu tidak membuat Dara gentar. Dara justru menampilkan seringainya, dan dia kembali menatap orang-orang di sana.

"Apa kau tidak berkaca, Nona? Untuk apa saya berbohong. Keluarga Ayah saya berada di sini, silahkan tanyakan pada Om dan Tante saya jika saya hanya mengarang." Jelas Dara masih dengan dagu terangkat tinggi.

Aula di hotel itu seketika sunyi, mereka saling berbisik-bisik sambil memandang keluarga besar ayah Dara.

Wajah Fita mulai memerah begitu juga dengan ibunya, ibu Fita segera mendekati suaminya kemudian berbisik meminta Dara untuk turun. Namun sebelum itu terjadi, Dara kembali bersuara melalui pengeras suara di sana.

"Saya tidak akan berbasa-basi lagi, saya dan Rama akan menikah. Karena  kami berdua telah memiliki anak." Seru Dara lagi yang kembali membuat heboh aula di sana.

Rama jelas shock, begitu pula dengan keluarganya. Dan jangan lupakan Fita dengan ibunya, yang benar-benar tidak percaya dengan perkataan Dara.

"Bohong! Kau pembohong, Dara! Jangan berbicara yang tidak-tidak, kau hanya iri padaku karena aku yang akan menikah dengan Rama!" Sembur Fita berapi-api memandang Dara benci.

Dara yang mendengar itu mendengus, dia lalu melirik pada Rama dengan senyum, kemudian memandang bocah kecil yang berdiri di samping ibunya. Kemudian matanya kembali melihat Rama, pria itu memandangnya dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Untuk apa aku berbohong, kau bisa tanyakan langsung pada calon suamiku. Lagi pula, aku memiliki bukti yang kuat, anakku ada di sini kau bisa melihatnya ke belakang." Jawab Dara dengan senyum sinis.

Perkataan Dara sontak membuat semua orang yang berada di sana memandang Daffa dan juga ibunya. Mereka kembali terkesiap melihat replika Rama. Bocah kecil berusia tujuh tahun itu memandang orang dewasa yang tengah memerhatikannya degan pandangan bingung.

"Kamu bisa jelaskan, Rama?" Tanya ayah Rama dengan pandangan dingin.

Rama menghela napasnya, mau tidak mau Rama harus jujur. Walaupun sebenarnya, dia tidak ingin mereka mengetahui Daffa. Menurut Rama ini  bukan saat yang tepat, tapi mau bagaimana lagi, Dara telah mengatakannya. Jika dia tidak mengakui Daffa anaknya, bukan hanya dia bisa kehilangan Dara tapi juga Daffa.

"Iya, Dara benar. Dia anak kami, anakku dan Dara."

Kedua orangtua Rama kembali kaget, tidak percaya dengan apa yang di ucapkan anaknya itu.

"Tidak!" Jerit Fita kembali.

Wanita yang memakai gaun merah menyala itu menghampiri Rama.

"Kau bohong kan, iya? Kau mengatakan kepadaku jika anak kecil itu anak yang kau adopsi. Bagaimana mungkin kau mengatakan sekarang, jika dia anakmu?!"

Seruan Fita kali ini kembali membuat berbagai spekulasi, mereka bertanya-tanya. Perkataan siapakah yang harus di dengar.

Dara yang mendengar ucapan Fita jika anaknya hasil adopsi, mendengus begitu keras.

"Wah kau tidak mengakui anakmu sendiri, Rama? Padahal kau jelas-jelas yang meniduriku."

Ucapan Dara kali ini malah semakin membuat Rama terpojok, tidak percaya jika Dara bisa berkata se frontal ini.

"Pembohong! Rama tidak mungkin mau menyentuhmu!" Jerit Fita.

"Ck apa kau buta? Kau tidak bisa melihat anak kecil di belakangmu itu?!"

"Cukup! Dia memang anakku. Aku bahkan memaksa Dara untuk mengandungnya."

Pekikan kaget kembali menghiasi ballroom tersebut, mereka jelas kaget dengan ucapan Rama.

The BeginingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang