Rama memandang rumah Dara yang begitu berantakan, tidak biasanya seperti ini. Bukan sekali dua kali dirinya mendatangi rumah kekasihnya, rumah Dara selalu bersih dan rapi. Maka wajar saja jika dirinya kaget begitu melihat rumah Dara sekarang ini, pecahan pas bunga berada di mana-mana. Belum lagi barang lainnya yang tergeletak sembarangan.
Rama yang sudah cukup puas melihat kondisi rumah Dara yang seperti ini, pun melangkahkan kakinya ke lantai atas. Tempat di mana kamar Dara berada.
Rama masuk ke dalam kamar Dara dengan menajamkan matanya. Kamar Dara begitu gelap, dengan tirai yang menutupi seluruh jendela dan lampu kamar yang dengaja dipadamkan. Ia lalu berjalan menghampiri Dara yang tengah tertidur, namun begitu langkah kakinya dekat dengan ranjang Dara. Rama hampir terpeleset oleh sesuatu yang di injaknya. Rama lalu menunduk, mengambil benda yang membuatnya akan terjatuh tersebut.
Mata Rama menyipit melihat botol yang di genggamnya. Otaknya seketika berpikir dengan keras, obat apa yang diminum Dara? Apakah Dara sakit? Pikirnya.
Rama lantas kembali melangkah menghampiri ranjang Dara. Ia lalu duduk di samping ranjang kekasihnya. Tangannya terulur untuk mengusap rambut Dara yang menghalangi wajah sang kekasih. Wajah Dara begitu pucat, disekitaran matanya terlihat menghitam. Perasaan Rama mendadak tidak karuan melihat Dara yang seperti ini.
"Mengapa kamu tidak menceritakan masalahmu?" Tanya Rama dengan pelan sambil mengelus wajah Dara yang terlihat tirus.
"Kamu tidak biasanya seperti ini, biasanya kamu begitu cerewet dan selalu bercerita apapun. Tapi mengapa, belakangan ini kamu menutupi semuanya, Ra?" Tanya Rama lagi yang jelas tidak digubris Dara.
Rama tersadar akan botol yang digenggamnya sedari tadi. Ia lantas membuka laci di hadapannya, dan dirinya kembali dikagetkan dengan berbotol-botol obat yang seperti dirinya pegang bahkan ada yang sedikit berbeda. Ada beberapa botol yang sudah kosong, dan ada pula botol yang masih terisi penuh.
Rama benar-benar penasaran dengan botol yang ada di dalam laci itu. Ia lalu mengambil dua botol berbeda yang masih terdapat nama obatnya. Rama kemudian mengeluarkan ponsel pintarnya, ia lalu mengetik nama obat yang ditemukannya. Begitu ia mengetahui obat apa yang di genggam tangannya. Rama seketika lemas, obat yang dipegang Rama obat tidur dan juga obat anti depresan.
Pikiran Rama seketika kosong, tidak percaya jika Dara selama ini mengkonsumsi obat seperti ini. Ia semakin merasa bersalah karena ikut andil membuat Dara menderita. Seharusnya ia tahu jika belakangan ini Dara terlihat aneh, tidak cerewet bahkan mengganggu tidurnya. Dara justru sebaliknya, menjadi pendiam dan tidak banyak berulah. Ternyata kekasihnya itu tengah mengalami masalah yang berat.
Mama Dara meneleponnya tadi dengan suara yang begitu cemas, takut putrinya itu kenapa-kenapa. Dan benar saja, ia melihat Dara yang tidak baik-baik saja. Dara tertidur setelah mengkonsumsi obat tidur dengan dosis yang dirinya tidak tahu, ia tiba-tiba semakin bersalah pada gadis di sampingnya ini.
Sibuk dengan pikirannya membuat Rama tersadar akan suara ponsel yang berbunyi. Ia melirik ke arah ponsel Dara yang berdering, matanya mengernyit melihat nama yang tertera di layar.
Dr. Rayan calling.
Perasaan tidak suka seketika menyeruak, pikiran negatifnya mulai menari-nari dikepalanya. Siapa dokter Rayan itu? Ada hubungan apa kekasihnya dengan pria yang berstatus dokter tersebut. Dengan kesal, Rama mengangkat panggilan tersebut.
"Dara! Mengapa kau tidak ketempatku?! Kau tahukan sekarang jadwal kontrolmu. Kau bahkan sudah mangkir dua kali!"
Rama terdiam, ia masih mencerna baik-baik apa yang disampaikan pria tua itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/235522536-288-k687960.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Begining
RomanceSeharusnya Dara sadar, jika hidup tidak akan pernah berjalan sesuai dengan apa yang ia inginkan. Tapi dirinya terlena dengan hidupnya yang sekarang, hidup dalam kekayaan orangtua, dilimpahkan dengan kasih sayang, dan memiliki kekasih yang begitu dia...