"Ra ...." Panggilan panjang dari Lulu menyambut saat memasuki area kampus.
Sudah bisa ditebak, kalimat pertama sambil jalan pasti mengenai buruan. Aku harus menggunakan kata ini karena memang di awal tahun Lulu dan Dudy akan berubah menjadi predator yang tatapannya liar mencari 'mangsa'.
Lihat, Dudy yang biasanya selalu datang hampir mendekati jam pertama, sekarang sudah menunggu kami di lorong depan dengan semringah secerah mentari pagi.
"Lu, tadi kulihat ada yang tipe kamu lewat," seloroh Dudy begitu kami mendekat.
"Baru juga mau tanya. Kelas mana itu?" Lulu tidak kalah bersemangat.
Aku menggeleng-geleng melihat mereka berdiskusi mengenai adik tingkat yang bisa menjadi prospek pacar.
"Eh, Ra. Nggak mau ikutan?" tawar Dudy sambil tersenyum jail.
"Nggak, terima kasih." Aku hampir mengangkat tangan memberi tanda tidak, tetapi kuurungkan saat menyadari ada kilatan di jari manis.
"Kenapa? Tahun lalu juga nggak ikutan. Hayu, Ra!" ajak Dudy, sedikit memaksa.
"Jangan Dudu," potong Lulu. "Biarkan Rara kita ini tetap jadi anak manis. Udah, kita aja yang berburu."
"Dudu, Dudu. Dudy!"
"Eh, banyak protes! Rara aja nggak marah."
Lulu memang membuat panggilan khusus untuk kami bertiga dengan cara mengulang salah satu suku kata dari masing-masing nama. Namun, sebenarnya hanya dia yang benar-benar melakukannya karena aku dan Dudy tetap saling memanggil dengan nama depan. Sementara Lulu tidak terima jika kami masih memanggilnya Lusia, karena itu hanya panggilannya yang tetap melekat. Sungguh begitu, dia tetap bersikukuh ingin memanggilku dan Dudy dengan panggilan khusus tersebut.
Pertengkaran mereka sudah menjadi bumbu sehari-hari di kampus, malah sering kali menjadi penghibur saat aku memusingkan banyak tugas. Mereka juga sering mengajakku belajar bersama agar bisa menyelesaikan tugas tepat waktu. "Biar tugas kita terasa sepertiga lebih ringan," kata Lulu saat pertama kali mencanangkan acara belajar bersama itu. walaupun, faktanya, lebih banyak waku terbuang untuk bercanda ketimbang belajar.
Mengingat kondisi sekarang, aku tidak yakin kebersamaan yang seperti itu masih bisa kami lakukan. Jangankan mau belajar bersama, belanja keperluan pribadi saja susah. Selesai kuliah harus langsung pulang. Mau mengajak Lulu dan Dudy ke rumah, bisa-bisa aku ditatap sinis orang serumah karena mengundang laki-laki. Meskipun ada Lulu, tetap saja, yang terlihat di mata mereka Aku mengundang Dudy. Titik.
Entah bagaimana nasibku mulai semester ini. Semoga saja, pelan-pelan A Dirga mau memberi lebih banyak kelonggaran.
"Ra, jadi gimana perasaan kamu setelah jadi istri orang?" tanya Lulu dalam suara rendah saat kami sudah di kelas. Dudy sedang ke toilet, karena itu Lulu menjadikan ini kesempatan untuk bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me + You = Us [TAMAT]
RomanceKarena bakti, Dara yang masih berkuliah menerima perjodohan dengan anak bos orang tuanya, sang juragan teh. Namun, Dirga yang dingin dan terkadang ketus membuat bingung kenapa mau menikah dengannya. Belum lagi, ada adik tiri Dirga yang membencinya s...