13. When Trouble Finds Me

1.8K 188 4
                                    

Di saat hubungan dengan A Dirga mulai menunjukkan perkembangan, masalah lain datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di saat hubungan dengan A Dirga mulai menunjukkan perkembangan, masalah lain datang. Di mata kuliah pilihan yang diambil, aku bermasalah dengan tugas kelompok. Sebenarnya, sudah ada teman yang ingin sekelompok, tetapi keraguan datang saat mereka menentukan jadwal belajar bersama di akhir pekan. Sempat merasa lega karena ada yang keberatan, tetapi kelegaan itu sirna saat yang lain menyarankan berkumpul seminggu sekali seusai kelas.

"Kalau udah pada pulang, nanti malah susah mau kumpul. Nggak apa-apa deh kita pulang telat, yang penting beres."

Pulang telat. Itu adalah salah satu hal tabu versi A Dirga yang berlaku hanya untukku. Sudah puluhan kali aku diingatkan agar tidak melakukannya.

"Jangan lupa ya, Ra, nanti kita kumpul dulu sebelum pulang." Aku mengangguk pada salah satu teman yang menyampaikan perihal kerja kelompok.

Sepanjang sisa kelas, konsentrasi terus saja buyar. Meskipun sudah diupayakan agar fokus pada materi kuliah, tetap saja otakku memikirkan perihal pulang terlambat ini. Sudah kewajibanku berkontribusi pada kegiatan kelompok, tidak mungkin kutinggalkan teman-teman yang berusaha keras. Namun, kalimat Aa terkadang bagai perintah tak terbantahkan.

"Ra, kenapa?" Lulu menyikut lengan.

"Galau, Lu, hari ini kelompokku di kelas pilihan ngajak kumpul sepulang kuliah."

"Ya ikut aja. Nggak ada salahnya kan? Di kampus juga," seloroh Lulu santai.

"Masalahnya, Lu, aku udah kasi tahu Aa hari ini kelas selesai jam tiga. Pasti Aa marah kalau pulang telat."

"Yaelah, Ra, bentar doang. Paling juga cuma sejam telatnya. Kamu ngerjain tugas kampus lho, bukan main-main."

Iya, Lulu benar. Aku hanya mengerjakan tugas kelompok, bukan hal lain, harusnya Aa maklum.

"Lagian, kamu sih, pilih kelasnya beda sama kita. Kalau bareng kan, aku sama Dudu bisa cari alasan buat kamu."

"Aku lebih butuh belajar tentang kemanusiaan, Lu. Faktor manusia penting banget buat dipelajari kalau aku niat berwirausaha ke depannya."

Lulu mengangguk-angguk seraya menepuk pundak. "Makasih banyak ya, Lu."

Bekali-kali tanganku meraih ponsel, ingin mengetik pesan untuk meminta izin terlambat pulang, selalu berakhir meragu. Jelas, Aa akan menolak mentah-mentah dan menyuruh pulang. Karena ujung-ujungnya pasti sama, dimarahi Aa, sekalian sajalah aku tidak izin. Nanti kujelaskan semua setelah tiba di rumah.

Pukul 15.20wib aku dan semua teman sekelompok telah berkumpul di taman yang letaknya tidak jauh dari gedung kampus, membahas tema yang akan diambil untuk presentasi. Tanpa terasa, satu setengah jam berlalu begitu saja karena kami keasyikan membahas hal-hal terkait tema yang bisa dijadikan referensi untuk data.

Pak Mahisa datang menghampiri saat ketua kelompok sedang membagi tugas riset data. "Neng, dicariin Den Dirga."

Aku mengambil ponsel Pak Mahisa, menempelkannya ke telinga. "Kamu ke mana aja, telepon nggak diangkat?" suara di sambungan terdengar gusar.

Me + You = Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang