Aku kembali dijemput Qareen pulang kuliah. Kami bersantai di kedai waralaba yang menyajikan yogurt beku kesukaan Anna, bersantai sejenak sembari membelikan seporsi untuk Anna karena Qareen berkata akan terlambat menjemput.
"Dara salah apa ya, Reen? Padahal, dua hari lalu Aa masih baik-baik aja. Kemarin tiba-tiba berubah drastis pas Dara sampai rumah," keluhku. "Kata Pak Mahisa Aa mau jemput, tapi nggak datang-datang. Pak Mahisa sampai balik lagi karena Dara kirim pesan minta jemput."
"Dirga belum sampai kampus ya?"
Aku menggeleng. "Kata Aa, nggak jadi karena ada urusan mendadak."
"Hm ... apa ya? Kalau Dirga sampai kampus, kemungkinan besar ada yang dilihat."
Aku langsung teringat kejadian dengan Dudy kemarin. Apa Aa melihatnya?
"Jadi gini, Ra. Kejadian yang kamu tiba-tiba dikasi supir itu. Ingat kan?" Kuanggukkan kepala menimpali Qareen. "Ternyata, sehari sebelumnya Dirga itu ngekorin kamu ke kampus. Kurasa niat awalnya mau tahu gimana kamu ke kampus, aman nggak dan sejenisnyalah. Ternyata ..."
Qareen diam, sengaja menggantungkan kalimat. "Qareen jangan bikin Dara penasaran atuh!" cecarku. Wanita di depanku sempat-sempatnya tertawa.
"Ternyata, hari itu, driver ojol yang ngantar kamu ramah banget, masih muda pula." Aku berusaha mengingat kembali hari itu, lalu bayangan pengemudi ojek berkacamata melintas. "Jadi, Dirga cemburu!" Tawa Qareen meledak tanpa bisa ditahan.
"Kok malah ketawa sih, Reen?"
"Lucu, tauk! Ternyata Dirga bisa cemburu juga," imbuh Qareen seraya berusaha meredakan tawa.
"Kenapa baru kasi tahu sekarang sih?" Kukerucutkan bibir, mengisyaratkan adanya kekesalan.
"Aku juga baru tahu, Ra. Ferdi baru beberapa hari yang lalu cerita. intinya, habis lihat driver ojol yang masih seger itu, dia langsung cari supir buat kamu. Emang ganteng ya, driver-nya?"
Aku berusaha mengingat paras pengemudi ojek hari itu. "Biasa aja sih, Reen. Tapi emang masih muda, seumuran Aa atau mudaan dikit. Terus, wangi dan ramah, murah senyum."
Qareen manggut-manggut mendengarkan.
"Tapi nggak mungkin deh, kayaknya." Aku menggeleng. "Kalau sekarang-sekarang Aa cemburu, Dara masih bisa percaya. Kalau waktu itu nggak mungkin, baru juga berapa minggu nikah."
"Who knows, Ra. Dia nggak pernah bilang sayang bukan berarti perasaan itu nggak ada kan?"
Kalimat Qareen sempat membuatku tersipu. Sangat membahagiakan jika Aa memang menyukaiku selama ini. Namun, baru sebentar wajahku kembali murung. Disukai Aa sejak lama juga percuma, faktanya sekarang Aa kembali bersikap dingin. Baru saja aku merasa semua berjalan baik, malah datang masalah bertubi-tubi.
"So, nggak ada hal aneh kan kemarin di kampus?"
Aku tercekat. Perlakuan janggal Dudy kemarin berkelebat. "Sebenarnya, Reen, kemarin itu ... gimana Dara bilangnya ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Me + You = Us [TAMAT]
RomanceKarena bakti, Dara yang masih berkuliah menerima perjodohan dengan anak bos orang tuanya, sang juragan teh. Namun, Dirga yang dingin dan terkadang ketus membuat bingung kenapa mau menikah dengannya. Belum lagi, ada adik tiri Dirga yang membencinya s...