Kejadian semalam tenggelam begitu saja, seolah tidak pernah terjadi. Aku tidak tahu harus sedih atau sebal. Semuanya terasa percuma jika bagi A Dirga itu bukan masalah.
Dia sudah tidur ketika aku keluar dari kamar mandi setelah meluapkan emosi di sana. Paginya, orang itu bersikap dingin seperti biasa, membuatku yang menemaninya sarapan semakin serba salah. Padahal, aku ingin ada pembahasan lebih lanjut mengenai semua yang sudah kuutarakan. Namun, diamnya turut membungkamku.
Kurasa, aku terlalu banyak berkhayal, berhalusinasi bahwa A Dirga juga mengharapkan hubungan kami harmonis seperti anganku. Keyakinanku akan harapan yang tampak di matanya perlahan terkikis, berganti keraguan yang mulai bekembang.
Meskipun begitu, aku tidak ingin mengambil risiko membuat hubungan belum ada kemajuan ini makin memburuk. Dua minggu berturut-turut kucari alasan menghindari kumpul kelompok. Teman sekelompok pasti merasa bahwa aku hanya membual, karena setelah itu tidak ada lagi pesan terkait tugas kelompok masuk.
"Ra, kami perlu kejelasan terkait kontribusi kamu untuk presentasi kelompok kita," papar Zayn, ketua kelompok.
"Dara bisa kok kerjain semua ... selain kumpul di luar jam kuliah."
Aku sebenarnya merasa bersalah karena tidak bisa hadir, tetapi sudah jelas hal itu akan membaut Aa berang. Saat ini, aku tidak punya pilihan karena belum menemukan waktu yang tepat untuk kembali berbicara padanya. Dan mungkin, tidak akan ada pembicaraan dalam waktu dekat mengingat kekakuan di antara kami tidak kunjung mencair setelah pertengkaran lalu.
"Kalau mau hasil maksimal kamu harus mau korbankan sebagian waktu kamu, Ra."
"Dara mau, tapi ..."
"Jadi, kamu bisa luangkan waktu buat kita atau nggak?"
Aku menggigit bibir, tidak menemukan kata yang tepat untuk menjelaskan.
"Mohon maaf, Ra. Kalau seperti ini, kami terpaksa mengeluarkan kamu dari kelompok."
Kedua kakiku lemas, hampir tidak mampu menopang berat tubuh. Kalimat Zayn barusan tentu saja menusuk hingga jantung. Kegagalan tampak jelas di depan mata, akan ada nilai C bahkan mungkin D dalam transkrip nilai akhir semester kelak.
Demi menyelamatkan beberapa SKS, aku berusaha mencari kelompok lain yang mau menerima. Sayangnya, semua kelompok yang kutanyai tidak lagi bisa menerima anggota karena mereka sudah membagi tugas dan sedang dalam proses pematangan materi presentasi.
"Yang sabar ya, Ra." Jika Lulu sudah berkata demikian, artinya dia pun kehabisan kata untuk menghibur.
Bagaimana tidak? Aku sudah kehilangan kesempatan presentasi dan akan segera mendapatkan kegagalan pertama semenjak menjadi mahasiswa. Selama ini, aku sudah berusaha keras agar mempertahankan nilai paling minimal B agar tidak mengecewakan Bapak Ibu. Namun, kini aku harus menerima nilai tidak memuaskan karena hal yang seharusnya bisa diatasi. Tidak ada kata yang bisa membuat perasaanku membaik untuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me + You = Us [TAMAT]
RomanceKarena bakti, Dara yang masih berkuliah menerima perjodohan dengan anak bos orang tuanya, sang juragan teh. Namun, Dirga yang dingin dan terkadang ketus membuat bingung kenapa mau menikah dengannya. Belum lagi, ada adik tiri Dirga yang membencinya s...