20. The Intruder

1.9K 178 0
                                    

"Teh Dara kayaknya lagi senang," cetus Riska

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Teh Dara kayaknya lagi senang," cetus Riska.

Aku sedang berada di kamarnya, menemani Riska menyelesaikan PR. Kami duduk lesehan di salah satu sudut kamar yang dibuat menjadi pojok baca. Ada sebuah meja bulat rendah di atas permadani rasfur berwarna cokelat susu, juga ada dua rak buku minimalis yang dipenuhi buku menempel di dinding. Kamar yang didominasi warna cokelat dan kuning gading ini memberikan aura yang membuat betah berlama-lama.

"Tuh kan, Teh Dara senyum-senyum sendiri." Aku refleks menutup mulut.

"Aa kayaknya udah mulai baik deh sama Teh Dara," celetukku.

"Yang bilang jahat siapa? Buktinya, Teh Dara dikasi mobil plus supir sama Aa, sementara dia pergi ke Cihayu pakai motor."

"Lho, bukannya Aa memang lebih suka pakai motor? Kirain mau sekalian pamer karena motornya keren."

Riska tertawa. "Emangnya Aa perlu pamer sama siapa?"

Aku mengedikkan bahu dan menggeleng. "Yang jelas ya, Teh. Aa kasi mobil sekalian supirnya itu udah bukti kalau perhatian. Betah lagi temenin Teh Dara belanja. Coba kalau Teh Meisya yang minta, boro-boro didengerin dia ngomong!" imbuhnya.

"Kenapa bawa-bawa aku?"

Perempuan yang baru saja Riska sebutkan namanya sedang berdiri dengan tangan bersedekap di ambang pintu.

"Emang bener kok Aa nggak pernah mau antar Teteh pergi. Merengek juga tetap dicuekin."

Riska bicara sembari menjulurkan lidah. Kutepuk pelan pahanya agar berhenti meledek sang kakak. Lalu, Meisya masuk kamar, ikut duduk lesehan. Kulihat ekspresi Riska yang tiba-tiba bingung. Sebenarnya, aku juga, tetapi tidak sopan jika kutunjukkan secara gamblang

"Tumben Teteh ke sini," ceplos Riska.

"Perasaan Teh Dara juga baru sekarang main ke sini, kok nggak bilang tumben?"

"Kalau Teh Dara sih, aku yang ajak. Minta bantu kerjakan PR."

"Habis ini pada mau ngapain? Jalan-jalan, yuk? Atau santai sore gitu." Riska langsung menoleh padaku mendengar ajakan Meisya.

"Teteh kesambet?" tanya Riska, terang-terangan menunjukkan keheranannya pada sikap Meisya.

"Ini anak kenapa bawel begini sih? Mau nggak?"

"Boleh, kok. Ayo pergi kalau PR Riska udah selesai," potongku sebelum terjadi perdebatan antara mereka.

Meisya mengajak kami ke sebuah kafe yang menyediakan berbagai menu mie, dia merekomendasikan kwetiau siram.

"Aa suka lho, Teh, sama kwetiau siram ayam. Kita coba buat yuk, di rumah," ajaknya.

Kwetiau yang direkomendasikan Meisya memang enak, rasanya sangat menggoyang lidah. Perpaduan mie yang agak kenyal, kuah kaldu kental, dan berbagai isian sangat gurih dan lezat. Porsinya juga mengenyangkan. Jika memang Aa menyukainya, tentu saja aku mau mencoba membuat. Kuanggukkan kepala menyetujui usul Meisya.

Me + You = Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang