15. Break Stuff

1.9K 191 5
                                    

"Ra, notes kamu jatuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ra, notes kamu jatuh." Dudy menghentikan langkahku, memberikan buku catatan kecil berwarna hijau daun.

Setelah mengucapkan terima kasih, kuteliti tas. Ternyata, ada retas di salah satu bagian bawah. Tas kainku memang sudah lama digunakan, sejak duduk di kelas XII, furingnya bahkan sudah rusak dari tahun lalu. Selama ini, tas kesayanganku masih bisa dipakai karena kain luarnya masih bagus, masih mampu menahan beban di dalamnya karena tidak pernah kuisi dengan barang berat.

Kutatap pilu tas ransel berwarna krem dalam pelukan, mengingat momen ketika ke pasar bersama Ibu dan tiba-tiba menyukai saat pertama melihatnya. Sudah kukatakan pada Ibu tidak perlu membelinya karena tas lamaku masih bagus. Namun, minggu berikutnya tas itu sudah berada di atas kasur ketika pulang sekolah.

"Kamu itu paling jarang minta sesuatu sama Bapak Ibu. Jadi, kali ini biar Ibu dan Bapak belikan sesuatu yang kamu suka tanpa diminta."

Haru menyeruak melihat Ibu Bapak yang berusaha membelikan tas ini untukku. Kupeluk mereka erat dan sejak hari itu aku selalu bahagia dan bersemangat tiap menggunakan tas ini.

Bahkan, saat gugup memasuki kampus baru, aku merasa Bapak dan Ibu menemani karena menggunakan ransel ini, seolah mereka memberi rangkulan hangat yang menguatkan. Karena itu, rasanya berat mendapati kenyataan tas ini sudah tidak bisa dipakai.

"Teh Dara kusut banget mukanya," sapa Riska ketika melihat kedatanganku.

Aku berusaha tersenyum manis sembari menunjukkan ransel. "Tas kesayangan Teh Dara rusak, Ka."

Riska mengapit lengan, mengikuti naik ke kamar. Kala aku duduk di kasur menatap tas, Riska menghibur. Dia turun ke bawah, kembali tidak lama kemudian membawa perlengkapan jahit. "Kita coba betulkan, gimana?"

Gadis manis itu menemaniku menjahit tas. Sayang, rusaknya sudah terlalu parah. Saat kucoba mengisi tas, tampak isinya berlomba ingin keluar dari bagian yang baru dijahit.

"Teh Dara pasrah ajalah, Ka," kataku lesu.

"Kalau nggak bisa diapa-apain, beli tas baru saja, Teh. Ayo, pergi, Riska temanin."

Aku tidak tahu bagaimana harus merespons Riska. Tidak mungkin kujelaskan padanya kalau uang di saku hanya beberapa lembar uang berwarna ungu juga nominal yang lebih kecil, tidak akan cukup untuk membeli tas.

Di saat bingung, pintu kamar terbuka, menampakkan sosok A Dirga yang berdiri tegap di sana.

Riska menghampiri Aa dengan wajah ceria. "Pas sekali! A, tas Teh Dara rusak, nih." Riska mengangkat tinggi ransel, memastikan A Dirga melihat bagian yang baru saja kujahit.

"Ayo, A, kita temani Teh Dara cari tas," bujuknya.

"Aa capek. Kamu aja temani Teh Dara, minta antar Pak Mahisa."

Riska menyodorkan telapak tangan dan dengan santainya berkata, "Uangnya?"

Aa memberikan beberapa lembar uang merah dan biru. "Cukup segitu?"

Me + You = Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang