"A, hari ini Dara boleh main ke kosan lama Dara nggak?" tanyaku saat Aa akan pergi ke pabrik teh.
"Buat apa? Mending ikut aku, kamu bisa kunjungi Bapak-Ibu. Lebih bermanfaat juga."
Walau kesal, aku sependapat dengannya. Semenjak menikah, aku belum pernah pulang. Berbeda dengan Aa yang sudah sering berkunjung karena hampir tiap hari dia menyambangi kebun dan pabrik.
"Dara ganti baju dulu ya, A."
Dengan cepat kuganti pakaian rumah dengan sweater berwarna mustard juga jeans hitam, kemudian menjawat slip on sneakers. Sengaja kumematung menunggu respons Aa, takut dia akan kembali protes pada pilihanku. Syukurnya, kali ini Aa langsung keluar setelah menatapku dari ujung kepala hingga kaki. Yes! Aku langsung menyusul langkahnya menuruni tangga.
Dalam sejam kami sudah memasuki Desa Cihayu. Bapak-Ibu bergegas menyambut ketika melihatku dan Aa turun dari mobil. Ibu memeluk erat seperti menemukan anaknya yang hilang, padahal belum sebulan aku meninggalkan desa.
Namun, yang mengherankan, kulihat Ibu dan Bapak menyambut Aa seperti kedatangan anak laki-laki. Lelaki itu pun sama sekali tidak merasa canggung, berkelakar seolah mereka orang tua kandung, sangat kontras dengan sikapnya terhadap keluarga sendiri.
Setelah mengobrol sebentar, Aa dan Bapak pergi ke kebun teh sembari mencari orang yang bisa mengantar mereka ke pabrik. Aku lanjut mengobrol dengan Ibu sambil menikmati teh dan kacang rebus di teras.
"Bapak Ibu akrab banget sama A Dirga." aku terang-terangan menunjukkan ketakjuban.
"Baik dan ramah gitu, wajar kan, Teh, kalau cepat akrab sama Bapak-Ibu."
Hah?
"Segitu herannya," seloroh Ibu sambil menyentuh dagu agar aku menutup mulut. "Memang di rumah si Aa gimana?"
Aku tidak tahu apakah tepat mengeluh mengenai menantunya pada Ibu. Terlebih lagi, Aa memperlakukan mereka dengan sangat baik. "Ya, gitu, Bu."
Ibu tersenyum lembut mendengar jawabanku. "Tidak semua hal baik bisa langsung terlihat, begitu juga hal buruk. Kamu yang harus jeli melihat supaya tahu, apakah yang ada di hadapanmu baik atau buruk."
Aku memeluk Ibu erat. Kunjungan ini seperti pelepas penat dari beratnya hari di kediaman Ismawan. Aa yang biasanya dingin bahkan terlihat kebih luwes di sini.
Kususuri jalan setapak di kebun, melihat luasnya hamparan hijau yang membuat rindu. Kupejamkan mata dan merentangkan tangan, meghirup sebanyak-banyaknya aroma teh, membiarkan udaranya memenuhi paru-paru.
"Mau nginap di sini?"
Aku menoleh, melihat Aa sudah berdiri di belakang. "Boleh?"
Mataku pasti berbinar melihat anggukan A Dirga karena pria itu tersenyum setelahnya, lembut dan hangat meski sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me + You = Us [TAMAT]
RomanceKarena bakti, Dara yang masih berkuliah menerima perjodohan dengan anak bos orang tuanya, sang juragan teh. Namun, Dirga yang dingin dan terkadang ketus membuat bingung kenapa mau menikah dengannya. Belum lagi, ada adik tiri Dirga yang membencinya s...