29. All (Happiness) Within My Hands

4.5K 202 0
                                    

Sekitar pukul sepuluh mobil Qareen memasuki area paving block depan garasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekitar pukul sepuluh mobil Qareen memasuki area paving block depan garasi. Setelah menyapa dan mengobrol ringan dengan anggota keluarga, dia mengutarakan niat untuk mengajakku liburan. Riska yang selalu bersemangat memohon agar diajak.

"Teh Qareen sama Teh Dara mau pergi beberapa hari. Emang Riska mau bolos sekolah?"

Riska merelakanku pergi dengan wajah merengut. Mama Wina berjanji mengadakan liburan keluarga jika nilainya di akhir semester memuaskan. Ucapan Mama Wina sukses mengubah suasana hati gadis berambut keriting itu, Riska memaksa mamanya untuk membuat janji kelingking. Setelah merasa yakin dan puas, dengan riang gadis itu mengantar kepergianku.

"Kita mau ke mana sih, Reen?" tanyaku penasaran. Pertanyaan ini belum terjawab dari kemarin.

"Makan burger!" seru Qareen sambil tertawa.

"Yang serius atuh, Reen."

"Serius kok, ini. Aku lagi kepingin makan burger."

Qareen membelokkan mobil di sebuah kedai waralaba yang menyediakan aneka burger. Dia memesan burger keju dengan tambahan telur juga segelas float, aku menemaninya dengan memesan menu dari ikan dan air mineral. Wanita itu tertawa melihatku misuh-misuh karena merasa dikerjai. Setelah menandaskan makan siangnya, dia membujuk.

"Duh, yang kesel. Ini cuma singgah makan, kok. Udah selesai kan? Yuk, lanjut," ajaknya sambi berdiri.

Aku tidak yakin ke mana Qareen melajukan mobil. Namun, dalam waktu tidak sampai satu jam, kami tiba di sebuah sanggraloka yang dikelilingi nuansa hijau. Tempat yang sangat asri dan menenangkan.

Sebentar saja, Qareen sudah selesai check in, lalu kami diarahkan ke bagian belakang sanggraloka yang ternyata sangat luas. Aku dan Qareen diantar pramubarang menuju kamar yang jaraknya cukup jauh dari lobi. Kami melalui jalan setapak, menuruni undakan, melewati berbagai fasilitas sanggraloka.

Akhirnya, aku dan Qareen tiba di sebuah kamar berbentuk tenda. Dari luar tidak ada yang unik, hanya tenda berpagar hitam dengan pintu kamar cokelat. Aku tidak mengharapkan banyak dari bentuk luarnya. Namun, ketika bunyi klik kunci kamar terdengar dan pintu terbuka, kamar ini membuatku takjub. Kami disambut dinding beton yang menyangga pintu masuk sekaligus berfungsi sebagai fondasi kamar mandi yang terletak di sebelah kanan. Tidak ada dinding beton di bagian lain, bagian lain kamar kesemuanya diselubungi tenda, membuatku merasa seperti sedang berkemah. Bunyi gemericik air dan pemandangan alam dari jendela besar yang terbuka mengentalkan kesan tersebut.

"Kamarnya keren banget, Reen!" sorakku girang.

"Kebetulan kosong pas kemarin aku cek-cek kamar. Langsung aja kupesan!" Kupeluk Qareen ereat seraya mengucapkan terima kasih.

Di dekat jendela besar disediakan dua buah beanbag yang dilengkapi meja santai. Untuk keamanan, sisi-sisi kamar dipasangi pagar di luar tenda. Jendela yang terbuka lebar menampakkan pagar, menjadikan area santai mini ini terasa seperti balkon, Balkon mengingatkanku akan Aa. Duduk di sini bersamanya, mendengar nyanyian serta petikan gitar, juga ditambah wangi woody yang terhidu, tentu akan membuatku merasa sedang berkemah romantis atau berbulan madu di alam bebas.

Me + You = Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang