Aa sudah tidur ketika aku tiba di rumah. Dia menutupi mata dengan lengan dan membiarkan lampu dalam keadaan menyala. Setelah memilih baju ganti, kumatikan lampu utama, menggantinya dengan lampu tidur yang berada di nakas.
Batinku tergoda melihat Aa yang pulas. Kini, posisi tidurnya miring menghadap nakas. Kakiku melangkah ke samping nakas, bengjongkok di sana sambil bertopang dagu.
Rambut Aa sudah mulai panjang, sebagian poninya menutupi mata. Helai-helai rambut yang menutupi wajah membuatnya telihat seksi di mataku hingga semakin tergoda untuk terus menatapnya.
Tiba-tiba saja mata A Dirga terbuka. Kabur atau pura-pura tidak memperhatikan pasti membuatku terlihat aneh. Untuk itu, kubiarkan saja diri ini tertangkap basah dan tetap menatapnya. Waktu terasa lambat saat mata kami bertemu. Aku terpaku pada tatapan lembut yang jarang sekali dia tunjukkan. Sungguh, sepasang mata itu membuat hatiku menghangat.
"Tidur, Ra." Untuk pertama kalinya, perintah Aa terdengar begitu merdu, jauh berbeda dari nadanya yang biasa datar, bahkan terkesan dingin.
Aku ingin berdiri, tetapi tubuhku terhipnotis oleh tatapan dan suara lembutnya. Rasanya, kuingin waktu berhenti, atau setidaknya berputar lambat, agar bisa lebih lama merasakan kehangatan seperti ini.
"Ra?"
"Kaki Ra kesemutan, A," dalihku sembari pura-pura meringis.
Tidak kusangka, A Dirga bangkit demi memapahku ke kasur. Aroma woody yang segar dan menenangkan memenuhi paru-paru untuk beberapa saat. Ingin kudekap momen ini. Sayang, semuanya terasa cepat. Tidak sampai semenit aku sudah berada di atas kasur.
Jantungku kembali menabuhkan genderangnya ketika Aa memilih berbaring menghadap ke arahku. Entah ke mana keberanian yang baru saja kumiliki. Jangankan berbaring menghadapnya, menoleh pun aku gugup. Dari sudut mata, aku hanya bisa melihat posisinya, tidak bisa memastikan apakah mata Aa terbuka atau menutup. Akhirnya, mematung sambil menatap langit-langit kamar jadi opsi terbaik sampai mataku lelah dan terlelap.
Ketika terbangun, langit mulai menunjukkan pendar-pendar mentari. Kusingkap sebagian tirai supaya cahaya matahari masuk tanpa membangunkan Aa. Betapa terkejutnya diri ini, saat mengucap selamat pagi pelan pada sosok yang kukira masih lelap, Aa membuka mata. Cepat-cepat aku mengambil pakaian di lemari untuk mandi.
Telingaku memanas mengingat kejadian semalam. Aku tidak tahu apakah harus memuji secuil keberanian yang kumiliki kala menatapnya atau merutuk perbuatan yang akhirnya membuat malu karena tertangkap olehnya. Demi menghindari Aa, hari ini aku berangkat ke kampus lebih awal. Kutinggalkan sarapan di balkon dengan secarik pesan agar dia tidak mencari keberadaanku kelak.
Selama berada di kampus, kukumpulkan kembali keberanian agar tidak canggung saat menghadapinya pulang nanti. Ayolah, nyali, datang seperti sebelumnya! Anggap saja sikap Aa semalam lampu hijau, tentu tidak boleh kusia-siakan. Kuaci yang kubeli semalam harus termakan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Me + You = Us [TAMAT]
RomanceKarena bakti, Dara yang masih berkuliah menerima perjodohan dengan anak bos orang tuanya, sang juragan teh. Namun, Dirga yang dingin dan terkadang ketus membuat bingung kenapa mau menikah dengannya. Belum lagi, ada adik tiri Dirga yang membencinya s...