9. The Man Who Can(not?) be Moved

2K 201 4
                                    

Sepertinya, Aa benar-benar percaya pada Ferdi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya, Aa benar-benar percaya pada Ferdi. Dia mengiyakan begitu saja saat kuminta izin mengunjungi Qareen dan Anna. Pagiku tentu saja cerah layaknya mentari yang bersinar terang karena sudah membayangkan keseruan barbecue party bersama Qareen dan Anna.

Karena izin seharian dan Qareen sudah berjanji mengantar pulang, aku membawa pakaian ganti. Kupilih baju kaus putih bergambar kartun dan washed jeans untuk dipakai, memadukannya dengan slip on sneakers yang kupakai minggu lalu, lalu meilih casual dress berbahan denim untuk pulang nanti..

"Ayo!" ajak Aa tiba-tiba.

Aku memperhatikan A Dirga yang mengenakan baju kaus hitam dengan gambar wajah seorang pria.

"Mau ke mana, A? Dara kan mau ke rumah Qareen."

"Iya, ayo!"

Meski bingung, tetap kuikuti langkah Aa. Dia memacu mobil dengan keecpatan sedang. Dalam beberapa belas menit, kompleks perumahan yang kami tuju sudah terlihat.

Begitu Aa memarkirkan mobil di carport, Anna langsung keluar dan menghampiri. Gadis kecil itu tidak sabar menunggu Aa keluar dari mobil, menariknya masuk ke rumah. Di dalam, Ferdi dan Qareen menyambut dengan hangat.

"Kayaknya, cuma Dara yang nggak tahu Aa mau ke sini juga," bisikku pada Qareen saat dia mencium pipi.

"Nanti kita cerita-cerita, ya," balasnya seraya mengedipkan mata.

Aku membantu Qareen menyiapkan bahan-bahan sate. Ada daging ayam dan sapi, sosis, paprika, bawang bombai, brokoli, jagung, dan tomat ceri. Aku memotong, Qareen menusuk sate dibantu oleh Anna.

"Ingat ya, jangan daging semua, harus ada sayurnya." Qareen mewanti-wanti Anna yang ternyata sangat menyukai sosis bakar. Meskipun cemberut, Anna menuruti ibunya, memasukkan kombinasi sayuran dengan sosis kegemarannya.

"Kalau kamu suka seafood, mohon maaf, kita nggak ada. Dirga itu alergi udang, jadi untuk amannya, nggak usah ada menu seafood, kecuali kalau kita khusus acara bakar ikan."

Aa alergi udang? Ini info yang harus kucatat.

"Kalau kamu, Ra, ada alergi?"

"Ada. Alergi lihat makanan mubazir."

Qareen tertawa lepas mendengar jawabanku. "Syukur deh. Jadi cuma satu aja makhluk yang harus dikhawatirkan."

Setelah selesai menusuk sate dan dibumbui, kami turun ke bawah. Di sana, Aa dan Ferdi sudah menyiapkan panggangan dan peralatan makan. Aku langsung menyusun sate karena panggangan sudah siap digunakan.

Aa mambantu memanggang, lebih tepatnya menyuruhku hilir mudik saking banyaknya perintah yang ia lontarkan. Setelah bolak-balik mengambil piring, mangkok dan kuas, juga air putih untuknya, Aa akhirnya mengizinkanku duduk.

"Minum dulu, nih." Qareen menyodorkan segelas sparkling lemonade padaku.

Panas karena terus bolak-balik dan dibuat dongkol oleh A Dirga lenyap begitu saja setelah meneguk minuman tersebut. Rasa manis-asam dengan sensasi soda melewati kerongkongan, ditambah sensasi sejuk dari daun mint membuatnya semakin nikmat. Aroma lemon yang menguar membuat otak ikut segar.

Me + You = Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang