Makan malam di kediaman Ismawan hening seperti biasa. Aku tidak berani menoleh Riska selama makan karena Mama Wina terus memperhatikan. Gadis kecil itu sudah terlihat sangat sehat, kakinya juga tidak menunjukkan ada bagian yang sakit.
Aku mengejar Mama Wina ketika wanita itu meninggalkan meja makan. "Ma, Dara boleh bicara sebentar?"
Setelah mengangguk, Mama Wina berjalan ke ruang keluarga. Aku mengikuti Mama Wina dari belakang, mengambil duduk di seberangnya dengan hati-hati.
"Dara sekali lagi minta maaf mengenai Riska, Ma." Bibirku rasanya kelu, tidak mampu mengatakan hal yang sebelumnya sudah kurangkai.
"Riska udah cerita."
Kutunggu kalimat lebih panjang dari Mama Wina, tetapi setelah menit berlalu dia tidak mengucapkan kata lain.
"Ma, mungkin Dara terdengar egois, tapi bolehkah Dara tetap berteman dengan Riska? Dara janji nggak akan mengajak Riska mendekati kolam." Aku menatap Mama Wina, berharap dia mau memberi kesempatan. "Dara nggak punya saudara, Ma. Jadi, di sini, Dara senang sekali ada Riska yang mau berteman sama Dara."
"Iya, Ma, boleh ya?" suara Riska yang ikut membujuk Mama Wina terdengar.
Gadis yang kami bicarakan ternyata sudah berada di ruang keluarga. Dia memeluk mamanya dari belakang sambil mengayun-ayunkan pelan tubuh, bersikap sangat manja.
"Kalau nggak ada Teh Dara, nanti nggak ada yang bantuin Riska kerjain PR. Teh Meisya mana mau bantu Riska. Ya, Ma, ya?"
Mama Wina balas menatap putri bungsunya, memaku dirinya di sana beberapa saat, lalu mengangguk pelan. Tatapan memohon dari mata bulat Riska pasti meluluhkan hati sang mama. Dalam hati, aku berteriak kegirangan.
"Tapi janji, kalau nggak ada yang pandai berenang jangan ke kolam."
"Ma, Riska udah lima belas tahun. Kemarin itu kebetulan aja kram."
"Setuju nggak?" tanya Mama meminta penegasan.
"Siap, Ma. Setuju! Riska nggak bakal dekat-dekat kolam kalau cuma berdua sama Teh Dara."
Pelukan Riska dan Mama Wina menandakan satu masalah usai. Mulai sekarang, aku akan lebih berhati-hati agar tidak menyusahkan apalagi membahayakan orang rumah. Mungkin membutuhkan waktu lama untuk akrab dengan semuanya, terutama Meisya, tetapi aku akan melangkah pelan-pelan dan berusaha.
Selanjutnya yang harus kubereskan adalah statuspernikahanku di kampus. Dudy tentu saja masuk dalam ranah ini karena dia temankampus sekaligus sahabat. Aku tidak tahu apakah persahabatan kami akan samasetelah dia mengetahui tentang A Dirga, tetapi ini tidak boleh menyurutkankeinginan untuk jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me + You = Us [TAMAT]
RomanceKarena bakti, Dara yang masih berkuliah menerima perjodohan dengan anak bos orang tuanya, sang juragan teh. Namun, Dirga yang dingin dan terkadang ketus membuat bingung kenapa mau menikah dengannya. Belum lagi, ada adik tiri Dirga yang membencinya s...