Kurasa, semesta sedang berbaik hati. Di saat ingin membeli kuaci, aku mendapat ajakan belanja dari Mama Wina, lebih tepatnya Papa Pram menyuruhnya untuk mengajakku berbelanja. Aku tidak akan ambil pusing mengenai ini, mendapat kesempatan keluar saja sudah membuatku sangat bahagia.
Gedoran di pintu kamar membuat terkejut, ternyata Riska. Padahal, belum sampai sepuluh menit aku masuk setelah menyelesaikan makan malam.
"Ayo, Teh, cepetan. Nanti nggak bisa lama," rengeknya dari depan pintu.
"Sabar atuh, Ka." Riska menggebrak pintu begitu dibuka.
Gadis berusia lima belas tahun itu mengenakan jewel neck dress selutut berbahan sifon. Aksen garis vertikal terbentuk dari sulur dan bunga yang saling menyambung membuat gaun dusty pink lengan tujuh per delapan yang Riska gunakan semakin terlihat manis.
Tampilan manisnya sangat bertolak belakang denganku yang memilih jeans dan baju kaus.
"Riska cantik bener. Teh Dara perlu ganti baju nggak, menyesuaikan?"
"Nggak perlu," jawabnya ceria. "Teh Dara gitu aja udah cantik, kok."
Senyum seketika mengembang di bibir. Seandainya, A Dirga juga semanis ini padaku.
Aku berpamitan pada Aa yang sedang berada di balkon. "Kamu pakai itu?" tanyanya, memberikan tatapan layaknya aku mahkluk aneh yang salah dimensi.
Dia memperhatikan kala kuanggukkan kepala. Tidak ada yang salah, ini semua pemberiannya tempo lalu. Aa mengangguk pelan, masih dengan tatapan yang sama, kemudian bangkit.
"Ra," panggilnya setelah berada di dalam.
"Pakai ini,"
Aa menyodorkan zip hoodie berwarna abu-abu, menungguiku memakainya. "Terima kasih, A."
Aku pasrah. Hoodie yang kebesaran terlihat asal melekat di badan. Saat melihat wajahku, Aa malah berkata, "Anggap aja oversize."
Tidak ada pilihan lain selain menyalaminya dan pamit. Sebelum turun, Aa sempat memberikan beberapa lembar uang merah. "Aa mau minta belikan sesuatu?" tanyaku pelan.
"Buat kamu, mana tahu ada yang mau dibeli."
Riska senyum-senyum melihat adegan pendek pasutri canggung yang baru saja kulakonkan bersama Aa.
"Cieee, yang diperhatiin Aa," oloknya ketika kami menuruni tangga.
Aku memberi kode agar Riska berhenti sebelum menyentuh tangga akhir. Gadis itu paham, langsung menghentikan ledekannya ketika kami tiba di bawah.
Meisya mengarahkan sedan hitam Mama Wina ke Ciwalk, membuatku ingin berkesimpulan ini adalah mal favorit keluarga Ismawan mengingat Aa juga membawaku ke mari beberapa waktu lalu. Saat kutanyakan pada Riska, dia tertawa kecil. "Ini kan mal yang paling dekat dari rumah, jelas pada suka ke sini, Teh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Me + You = Us [TAMAT]
RomanceKarena bakti, Dara yang masih berkuliah menerima perjodohan dengan anak bos orang tuanya, sang juragan teh. Namun, Dirga yang dingin dan terkadang ketus membuat bingung kenapa mau menikah dengannya. Belum lagi, ada adik tiri Dirga yang membencinya s...