1. My New One, Mr. Husband

4.3K 275 55
                                    

"Nak, kamu nikah, mau ya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nak, kamu nikah, mau ya?"

Kalimat Bapak seperti petir di siang bolong, menghantam sanubari. Kenapa tiba-tiba Bapak ingin aku menikah? Kutatap sepasang maniknya yang kini lurus mengarah padaku, di sana ada pengharapan yang besar.

"Kenapa, Pak?" kuberanikan diri bertanya.

"Bapak nggak menyangka, biaya kuliahmu akan sangat besar dan tabungan Bapak-Ibu sudah lama habis. Sudah setahun ini kami meminjam pada Pak Pram." Desahan Bapak membuatku ikut merasakan beban di pundaknya.

Dengan pelan Bapak bertutur mengenai utang-utangnya pada Pak Pram, pemilik kebun dan pabrik teh desa ini. Aku yang menjadi penyebab Bapak berutang tentu saja merasa bersalah.

"Sebenarnya, Pak Pram nggak pernah nagih-nagih, tapi minggu lalu tiba-tiba Pak Pram bilang mau kamu jadi istrinya Nak Dirga. Nanti Pak Pram yang akan membiayai semua kuliahmu sampai selesai. Utang-utang juga akan dianggap lunas."

"Kenapa Pak Pram memilih Dara, Pak? Di desa ini banyak gadis yang lebih cantik dari Dara."

Bapak menjawab dengan gelengan pelan. Ibu yang duduk di sebelahnya, mengelus lengan Bapak.

"Kalau kamu nggak mau, kami nggak memaksa, Teh. Kamu pernah lihat Nak Dirga kan? Dia sesekali datang ke sini sama Pak Pram," sambung Ibu.

Saat aku menggeleng, Bapak dan Ibu menyarankan untuk melihat sosok Dirga ketika dia dan Pak Pram kembali berkunjung ke desa sambil membuat keputusan.

Kulangkahkan kaki menyusuri jalan setapak yang mengarah ke kebun teh sambil memandangi sekitar. Cihayu* adalah desa tempat kelahiranku, daerah yang berawal dari sebuah kebun teh kecil yang meluas hingga akhirnya membentuk desa karena pegawainya lebih memilih tinggal di area kebun dan membentuk keluarga.

Pemilik pertama kebun ini sungguh murah hati. Dia merangkul orang-orang yang membutuhkan pekerjaan serta memberikan sebidang tanah pada setiap pegawai yang belum memiliki tempat tinggal atau berada jauh dari kampung halaman. Lama-kelamaan, area perkebunan menjadi pemukiman dan terbentuklah desa Cihayu.

Aku suka desa ini. Berbeda dengan kota yang penuh mal dan gedung-gedung tinggi, jalan padat kendaraan, juga manusia yang selalu riuh, Cihayu memberikan hamparan hijau luas teh, pemandangan asri karena masih banyak pohon, juga jalan lengang karena tidak banyak kendaraan. Di sini, masih banyak penduduk yang menggunakan sepeda untuk transportasi di area desa. Jika ingin ke kota untuk berbelanja atau keperluan lainnya, kami boleh menggunakan mobil pick up pabrik yang biasa digunakan untuk mengangkut teh dari kebun.

Jika aku menikah dengan anak Pak Pram, bukankah artinya aku akan meninggalkan desa ini? Bandung bukan tempat asing karena aku berkuliah di sana dan pulang tiap akhir pekan karena jarak desa yang tidak terlalu jauh dari Bandung. Namun, membayangkan tidak lagi kembali ke mari setiap akhir pekan membuatku sedih.

Usiaku pun baru dua puluh dua tahun. Masih banyak yang ingin kulakukan, salah satunya membahagiakan Bapak-Ibu dengan jerih payah sendiri. Gadis seusiaku harusnya sibuk mengejar mimpi, bukan menikah.

Me + You = Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang