19. A Brand New Day

2.1K 184 4
                                    

Tidak ada mimpi indah yang membuai lelap, tetapi tidurku sangat nyenyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada mimpi indah yang membuai lelap, tetapi tidurku sangat nyenyak. Kuterbangun dalam posisi bertelekan lengan Aa. Dengan sensasi hangat dan wangi dari pria yang memelukku, rasanya, seluruh kebahagiaan di dunia sudah berada dalam genggaman.

Tunggu! Saat berkata hangat, baru kusadari kalau bukan hanya hangat karena pelukan, tetapi memang aku masih merasakan hangatnya kulit kami yang bersinggungan. Kutarik selimut dan membenamkan diri di dalamnya ketika menyadari tidak ada selembar pakaian pun menempel di tubuh. Diam-diam aku berjingkat ke kamar mandi setelah menemukan apa saja yang bisa digunakan untuk menutupi bagian vital tubuh.

Untuk pertama kalinya dalam hidup, aku berjalan dengan rasa yang sedikit berbeda, seperti ada sesuatu yang mengganjal. Tubuhku merasakan nyeri, tetapi juga masih menyisakan nikmat. Kupandangi wajah di cermin kamar mandi, pipi bersemu merah, bibir terlihat mengembang. Wajah tampak aneh, tetapi aku menyukainya.

Ketika keluar kamar mandi, A Dirga sudah bangun. Dia duduk bersandar, memakai selimut hingga pinggang, membiarkan bagian atas tubuhnya terbuka. Refleks, aku menoleh ke lain.

"Kenapa? Bukannya semalam udah dilihat semua?"

Kalimat Aa masih datar seperti biasa, tetapi kali ini ada sengatan yang membuat seluruh tubuhku bereaksi berlebihan. "Nggak kok, semalam Dara nggak ..." Aku terbata-bata, terlalu malu untuk menyelesaikan kalimat.

"Sini, Ra," panggil Aa sambil menepuk tempat kosong di sebelahnya.

Aku berjalan mundur, masih tidak sanggup menatap Aa. Jika menoleh, mataku pasti akan tergoda untuk memperhatikan tubuhnya dan kembali berpikir aneh. Otakku selalu sulit dikendalikan jika ingin memikirkan hal-hal erotis tentangnya.

"Jika ada hal yang kamu nggak suka atau bikin nggak nyaman, kasi tahu aku."

"Ini maksudnya Aa bahas tentang semalam?" tanyaku gugup. "Perlu ya, dibahas sekarang?"

"Justru harus dibahas sekarang. Ini hal yang seharusnya bikin kita sama-sama nyaman dan menikmati. Aku nggak mau kamu merasa terpaksa."

"Iya sih, A, tapi ..."

"Oke, kita nggak akan bahas sekarang kalau kamu nggak mau. Tapi kapan pun kamu merasa nggak nyaman, nggak suka, atau bahkan merasa dipaksa, kasi tahu aku."

"Iya, A," balasku cepat. "Kalau gitu, bisa nggak sekarang Dara minta Aa mandi?"

Tawa kecil terlepas dari bibirnya, entah apa yang lucu dari permintaanku. Dari getaran yang terasa, kutahu Aa akan turun dari kasur. Aku sudah bersiap menutup mata jika suamiku berdiri tiba-tiba dan menunjukkan tubuh polosnya. Ternyata, Aa bangkit dengan menutupi bagian bawah tubuh menggunakan selimut. Dia menanggalkannya tepat sebelum masuk pintu. Alhasil, aku melihat bagian belakang karena mengikuti langkahnya dengan mata.

Ra, stop! Lagi-lagi, tubuh dan otakku tidak bersinergi. Sepertinya, aku tidak punya cara lain selain membiasakan diri dengan pemandangan ini. Kuembuskan napas berat karena sanksi akan bisa terbiasa dengan cepat. Sudahlah, sebaiknya, aku turun membuat sarapan sebelum Aa keluar.

Me + You = Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang