CHAPTER 11 - Mi Amor 🤍

720 61 4
                                        

"Sebenernya mereka berdua tuh masih saling cinta cuma gengsi aja yang di gedein, gak mau saling jujur dan clear-in masalah yang ada" ujar Ahza.

"Kok bisa ngomong gitu sayang?"

"Aku tau gimana Casi dari kecil, dia tuh orangnya gak enakan, apa-apa di pendem sendiri. Aku liat dari mata dan tingkahnya kalo Daffa ada di sekitar Casi, hmm gimana ya, tiap Daffa bergerak tanpa sadar Casi selalu menyesuaikan dirinya dan aku liat Daffa pun gitu Mas"

Arka mengangguk mendengar penjelasan Ahza, mereka berdua memang sudah seperti kakak-adik, sudah sangat mengenal pribadi masing-masing.

"Saat Casi pergi, aku tau Casi cuma lari dari masalah yang ada, that's why aku gak terlalu cemas because I know she's doing fine ya meskipun rasa kesel karena di tinggalin"

"Dan aku yakin ada satu masalah besar diantara mereka yang belum diselesaikan" tambahnya.

"Yang penting mereka ketemu sekarang, semoga hati mereka luluh dan mau sama-sama saling ngobrol ya sayang" Ahza mengangguk mendengar ucapan Arka.

"Ayo kita pulang, kasian Razan di rumah pasti udah nungguin" tambahnya.

...

Selama Sadam masuk rumah sakit dan selama keputusannya untuk pindah ke Bali semakin bulat, selama itu pun Casi memikirkan bahwa sudah saatnya dia harus jujur tentang hal yang disembunyikannya dari Daffa.

Saat ini dia sedang berjalan mengekori Daffa menuju restoran yang lumayan terkenal di daerah Kemang, dengan tujuan Daffa ingin membicarakan sesuatu.

Apa gue ngomong sekarang?
Iya Casi, lo harus ngomong sekarang.
Masa lo harus lari lagi.
Please be brave, Sasi.
Batin Casi.

"Kita makan dulu aja ya" ucap Daffa yang hanya di jawab anggukan oleh Casi.

Mereka menungu makanan dengan hening, beruntunglah karena tidak harus menunggu lama, tapi tetap saja bagi mereka tadi itu adalah momen ter-awkward.

"Masih suka mashed potato disini?"

Casi mengangguk. "Masih enak" jawabnya. "Kayak dulu" tambahnya dengan suara yang lebih kecil.

"Jadi apa yang mau di obrolin?" Tanya Casi setelah selesai makan, dia sudah tidak bisa menahan ke-awkward-an ini.

Daffa menghela nafas kecil lalu pindah duduk pinggir Casi. "Aku pengen kamu jujur sama aku soal hubungan kita dulu sampe kamu pergi ke Palestina"

Casi menunduk, dia sudah mengira Daffa akan minta penjelasan dan sudah sangat lama dia mempersiapkan jawabannya hanya saja memerlukan waktu yang sangat lama juga untuk memberanikan diri membuka semuanya.

"Aku gak tau sebenernya harus mulai dari mana" Casi berdehem membersihkan kerongkongannya, serasa ada sesuatu yang mengganjal.

"Sebelumnya aku mau minta maaf karena gak jujur sama kamu dan alih-alih menghadapinya aku malah kabur, saat itu aku rasa itu masa terberat aku dan aku tau kamu gak bisa lindungi aku"

"Aku minta maaf kalo sikap aku malah bikin kamu ragu sama aku, Casi" Daffa memegang tangan Casi tapi Casi menepisnya.

"Please listen until the end story, jangan menyela"

"Okay" janji Daffa.

Casi masih menunduk menghela nafas, pembicaraan ini merupakan hal berat untuk dibahasnya.

"Dulu we like love birds right?" Casi tersenyum menatap Daffa, matanya mulai memerah mengenang saat itu.

"I think to be with you is the best part of my life, kita berdua masih sama-sama muda dan sibuk belajar buat jadi dokter. Aku inget banget kita gimana, jatuh bangunnya buat ngejar cita-cita itu"

Mi Amor 🤍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang