2 2

8K 1.2K 156
                                    




enjoy !


Jisung meletakkan bendelan jurnal ilmiahnya, beralih pada ponsel yang tergeletak di meja. Sudah lebih dari satu jam lelaki itu mencoba mengalihkan rasa frustasinya dengan menganalisis sebendel jurnal ilmiah yang baru diunduhnya beberapa hari yang lalu, tetapi ternyata tidak banyak membantunya.

Setidaknya, setiap sepuluh menit sekali Jisung akan melirik ke arah ponsel. Berharap dering terdengar, atau sekadar layarnya memunculkan notifikasi pun tidak apa. Namun, semua harapan Jisung tidak terkabul. Layar ponselnya tetap gelap, menunjukkan bahwa tidak ada pesan singkat maupun panggilan diterima oleh ponselnya.

Seraya mengacak surai gelapnya, Jisung tersenyum masam. Sepertinya ucapannya di kafe siang tadi ditanggapi baik oleh Chenle. Bahkan, pemuda itu sama sekali tidak berupaya untuk menahannya menyetujui permintaan konyol yang didasari emosi itu. Mungkin memang benar, ini yang diharapkan Chenle. Rencana pernikahan mereka dibatalkan. Mereka selesai.

"Jisung!" Ketukan cukup keras pada pintu kamarnya, membuat Jisung tersentak.

"Aku boleh masuk, tidak?" terdengar suara berat setelahnya. Suara yang sangat dikenal Jisung, milik sepupunya, Donghyuck.

"Masuk saja, hyung!"

Hanya selang beberapa detik setelah dipersilahkan, Donghyuck membuka pintu kamar Jisung perlahan. Mula-mula Donghyuck memunculkan kepalanya dari balik pintu. Menyadari fakta bahwa Jisung sama sekali tidak terusik dengan kehadirannya, Donghyuck pun memutuskan untuk memasuki kamar Jisung setelah menutup pintu kamar sepupunya itu dengan rapat.

"Kenapa ketuk pintu dulu? Biasanya juga tanpa permisi kau langsung masuk saja hyung," sindir Jisung yang dibalas dengan cengiran lebar khas Donghyuck.

"Aku takut kau sibuk saja," aku Donghyuck mengusap tengkuknya salah tingkah. "Hyeyeon bilang kau dikamar daritadi. Bahkan sampai tidak makan malam karena mengurusi kertas-kertas itu." Lanjutnya menunjuk sebendel kertas di hadapan Jisung.

"Ini bukan hanya kertas, ya! Ini jurnal ilmiah. Sumber pengetahuan," Kata Jisung. Donghyuck hanya membalas dengan dengusan malasnya.

"Untuk apa hyung kesini?" tanya Jisung pada Donghyuck yang duduk bersila di tepi tempat tidurnya.

"Aku rindu padamu," jawab Donghyuck sembarangan, membuat Jisung bergidik ngeri sembari memutar bola matanya.

Donghyuck terkekeh pelan, kemudian menyebutkan tujuannya datang berkunjung. "Aku sengaja kesini mau menanyakan kabarmu, sekaligus kabar Chenle."

Jisung tidak langsung menanggapi. Ia justru membuang muka. Menghela napas kasar, hingga Donghyuck menduga bahwa sepupunya itu masih bermasalah dengan Chenle. "Kenapa bertanya padaku? Kenapa tidak langsung pada Chenle?"

Kini, giliran Donghyuck yang menghela napas cukup kasar. Sebentar lelaki itu menggaruk belakang kepalanya lantas membaringkan tubuh ke kasur hingga kedua manik hazelnya menatap langit-langit kamar Jisung.

Donghyuck memang berniat begitu, menanyakan kepada Renjun perihal Chenle karena dirinya merasa bertanggungjawab dengan masalah yang terjadi. Sayangnya, sejak kemarin malam Renjun mengabaikan pesan singkat dan panggilan darinya. Bukan itu saja, Renjun juga menghindarinya seharian penuh ini. Dari melarang Donghyuck menjemput ke rumah, menghilang di jam makan siang, dan menolak ajakannya untuk pulang bersama. Oleh karena itu, Donghyuck memutuskan untuk menggali informasi dari Jisung. Siapa tahu apa yang dilakukan Renjun hari ini merupakan dampak dari masalah yang tengah mereka hadapi.

"Kau dan Chenle baik-baik saja, kan?" tanya Donghyuck melirik Jisung yang entah sedang memikirkan apa. Dari posisi tidurnya saat ini, Donghyuck dapat menangkap tatapan kosong Jisung.

pretend ; hyuckren ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang