1 8

7.9K 1.3K 85
                                    




"Aku pulang, ya?" Ujar Donghyuck setibanya di depan mobil yang terparkir di luar pagar rumah Renjun.


"Iya."


Donghyuck menghela napas panjang. Lelaki itu sudah meraih kenop pintu mobil, tetapi dengan cepat tangannya ditarik kembali.

"Aku pulang."


"Iya, hati-hati," balas Renjun sembari melambaikan tangan.


Donghyuck mendesah kecewa. Lagi-lagi lelaki itu meraih pintu mobil, tetapi kepalanya masih saja menoleh ke belakang. "Aku mau pulang, loh."


"Iya tahu."


"Foxey ...."



"Tsk! Apa lagi sih, Hyuck? Kau bilang ingin pulang!" sahut Renjun. Kening si manis itu mengerut karena Donghyuck tidak kunjung memasuki mobilnya meski berkali-kali pamit padanya.


"Aku mau pulang."



"Iya tahu! Terus?"


"Kau tidak mau melakukan sesuatu, gitu?" Tanya Donghyuck memancing.



"Memangnya, aku harus apa?" Tanya Renjun masih dengan tatapan tidak mengertinya. Dari sekian malam Donghyuck mengantarkannya pulang ke rumah, ini adalah kepulangan lelaki itu yang paling lama.


"Aku kan kekasihmu."


"Iya, terus?"


"Tidak ada pelukan atau ciuman sebelum aku pulang?"



Kerutan di kening Renjun menghilang perlahan. Seketika raut si manis itu berubah datar. Dan Donghyuck tahu bahwa ekspresi datar Renjun adalah sebuah pertanda buruk.


"Kau tahu, Hyuck? Sudah lama tanganku tidak dipakai untuk memukul seseorang."


Donghyuck meringis, membayangkan bagaimana telapak tangan mungil Renjun mampir ke bibir atau kepalanya. Kalau telapak tangan itu membelai bibir, kepala atau bagian lainnya, Donghyuck tidak akan menolak. Akan tetapi, kalau digunakan untuk memukul, Donghyuck memilih untuk mundur saja. Bukannya apa-apa, kalau Renjun memukul, dia akan mengerahkan seluruh tenaganya. Lumayan. Sakit.



"Yasudah kalau tidak ada. Aku pulang." Ujar Donghyuck pada akhirnya. Memilih menyelamatkan diri dari pukulan Renjun.



"Um, Hyuck..." baru saja Donghyuck membuka pintu mobil hendak memasukinya, suara Renjun memanggil. Tanpa disangka si manis itu maju beberapa langkah, hingga jarak mereka menipis.



"Supaya kau tidak kepikiran dan sulit tidur," kata Renjun sebelum berhambur melingkarkan lengannya ke leher Donghyuck. Si manis sedikit berjinjit hingga dagunya mampu disandarkan ke bahu lebar lelaki itu.



"Pelukan saja sudah cukup, kan?"



Senyum Donghyuck mengembang begitu saja. Secara otomatis lengannya melingkari pinggang Renjun, membalas dekapan pemuda itu. "Iya, sangat cukup."



Renjun menahan napas saat ada gejolak lain yang singgah di hatinya. Tidak mampu menahan gejolak yang ada, ia pun segera melepaskan dekapannya. Tersenyum kikuk pada Donghyuck yang masih menahan pinggang Renjun agar tidak menjauh darinya. "Yasudah, pulang sana."




"Oke," Donghyuck menarik lengannya, membuat Renjun merasa sedikit kehilangan.


"Aku pulang dulu ya, Foxey." ujarnya sembari mengusap puncak kepala Renjun dengan lembut.


pretend ; hyuckren ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang