O7

11K 1.7K 154
                                    





"Kau bilang ingin menanyakan sesuatu tentang Renjun ge."


"Oh, iya." Jisung menggaruk pelipisnya dengan jari telunjuk. Meringis kecil setelah diingatkan tujuannya untuk bertemu dengan Chenle siang ini. Ia bahkan rela meninggalkan kelas dengan memberikan tugas kepada para mahasiswanya demi pertemuannya ini. Sayangnya, Jisung nyaris melupakan tujuannya bertemu dengan Chenle setelah bertemu dengan pemuda ini.


Jisung tidak tahu kenapa, tetapi seketika otaknya blank ketika bersitatap dengan kedua manik kelam Chenle. Ditambah dengan seulas senyum manis yang dilemparkan pemuda itu ketika tiba tadi. Jisung mati kutu. Tidak tahu harus berbuat apa. Inginnya Jisung sih memeluk Chenle.

Jisung rindu. Berminggu-minggu tidak bertemu.

Sayang, tidak bisa lagi Jisung sembarangan memeluk Chenle. Hubungan mereka kan sudah berakhir. Mengingat kenyataan itu membuat Jisung rasanya ingin menenggelamkan diri di samudra Hindia.


"Jisung?" Chenle melambaikan tangannya ke depan wajah Jisung. Membuat si lelaki salah tingkah karena ketahuan tengah tidak fokus.


"Kalau memang tidak ada yang ingin dibicarakan, aku pergi saja ya. Aku masih ada janji jam 3 sore nanti."


"Eh, tunggu dulu!" cegah Jisung saat Chenle hendak beranjak dari kursi yang didudukinya.


"Yasudah, makanya cepat katakan apa yang ingin kau bicarakan tentang Renjun ge!" pinta Chenle dengan tegas.


Jisung menarik napasnya dalam. Ragu-ragu, lelaki itu pun bertanya, "Akhir-akhir ini Renjun hyung bersikap aneh tidak, Le?"


Kening Chenle mengerut. Kenapa pula Jisung menanyakan soal kakaknya? "Biasa saja tuh. Kenapa memangnya?" balasnya bertanya.


"Eum, itu ... Malam dimana aku meminta mu untuk bertemu hari itu, aku tidak sengaja mendengar Donghyuck hyung sedang berbicara di telepon dengan seseorang," kata Jisung sedikit ragu.


"Terus?"


"Aku dengar Donghyuck hyung memanggil nama Renjun pada orang yang menelponnya itu."


Jisung tidak lagi melanjutkan penjelasan mengenai apa yang didengarnya tiga malam yang lalu. Daripada menceritakan apa yang dia dengar, Jisung lebih tertarik dengan ekspresi Chenle yang nampak terkejut. Kerutan kening pemuda manis itu bertambah seiring dengan kebingungan yang melanda. Sedangkan kuku ibu jarinya terus digigiti, tanda bahwa Chenle tengah berpikir keras.


Chenle ingat kejadian tiga malam yang lalu. Sebelum Jisung menelepon untuk mengajak bertemu di hari ini, Chenle sempat memergoki Renjun tengah menelepon seseorang di dapur.

Tidak seperti Renjun yang biasanya, kakaknya itu menyeduh kopi sembari mengapit ponsel di antara bahu dan daun telinganya. Menandakan bahwa telepon itu dari orang penting dan tidak boleh dilewatkan. Dan serupa dengan Jisung yang mendengar Donghyuck menyebut nama Renjun, Chenle pun mendengar samar nama Donghyuck disebut oleh kakaknya.

Selain mengenai telepon itu, apa yang terjadi beberapa waktu terakhir ini juga cukup aneh. Dimana Donghyuck selalu mengantar jemput Renjun berangkat dan pulang kantor. Lelaki itu menjadi supir dadakan yang tidak mau dikonfirmasi oleh Renjun. Membuat Renjun berakhir ditegur oleh sang Ayah karena Donghyuck tidak pernah mampir sebelum mengajak Renjun berangkat ke kantor bersama.



"Apa Renjun ge dan Donghyuck hyung ada hubungan khusus selain rekan kerja?" tanya Chenle pada Jisung dan dirinya sendiri.


Sebagai jawaban, Jisung hanya menggeleng. "Tidak tahu juga, sih. Yang jelas aku dengar kalau Donghyuck hyung sampai memanggilnya sayang, cinta, foxey. Begitu deh. Intinya, mencurigakan."


pretend ; hyuckren ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang