O5

13.4K 1.9K 378
                                    





"Renjunie, kenapa wajahmu kusut sekali, sih?" komentar Donghyuck ketika melihat wajah Renjun yang sudah ditekuk sejak kereta yang mereka tumpangi meninggalkan stasiun. "Wajahmu lupa disetrika ya?"



"Kalau kau masih ingin selamat sampai di Busan, sebaiknya kau diam."




Donghyuck mengatupkan bibirnya dengan cepat. Ia masih sayang dengan nyawanya, sebagai informasi saja. Daripada nanti terdapat headline news : 'Seorang Pria Lajang Dilempar dari Kereta Seoul - Busan oleh Temannya karena Terlalu Cerewet', kan tidak lucu.




"Ck, Pemandangan apanya?" Renjun menggerutu sembari memandang ke luar jendela kereta. "Gelap semua begini, tidak ada yang bisa kulihat."




Ingin sekali Donghyuck menanggapi keluhan Renjun. Namun, lelaki itu urung lakukan. Takut jika diperingati Renjun seperti tadi. Jadi, Donghyuck memilih diam saja dan mendengar semua gerutuan Renjun.


Lumayan, menikmati kecerewetan pemuda manis disampingnya yang biasanya irit bicara ini.


Tanpa sadar, Donghyuck menarik sebelah sudut bibirnya. Mengamati pergerakan bibir Renjun yang berbicara tanpa henti adalah suatu kegiatan yang cukup menyenangkan. Belum lagi, saat bibir si manis itu mencebik atau mengerucut. Ingin rasanya Donghyuck menarik bibir itu, mencubitnya dengan gemas.




"Hyuck, kenapa kau diam saja!?"



Donghyuck tersentak kaget saat Renjun memukul pelan lengannya. Pemuda itu memutar bola matanya malas saat mengetahui bahwa yang sedari tadi diajak bicara mengabaikannya.



"Tadi kan kau sendiri yang menyuruhku untuk diam."



"Aku sedang mengeluh, harusnya kau tanggapi, ck. Coba kau lihat keluar! diluar gelap. Mana pemandangan bagus yang kau janjikan sebelumnya, huh?" Renjun memprotes sembari bersedekap. Dagunya diangkat dengan angkuh.




"Ini kan perjalanan malam. Jadi wajar saja sih kalau gelap." jawab Donghyuck sesantai mungkin. "Lagipula, yang memesan tiket itu kan kau. Harusnya kau sudah tahu kalau perjalanan kereta kita dilakukan pada malam hari."




Seringaian Donghyuck tercipta saat Renjun memilih mengatupkan bibirnya. Kekehan tidak dapat ditahan lagi saat Renjun melongos menyandarkan punggung di sandaran kursi sembari kembali memandang ke luar jendela.


Entah mengapa, cara merajuk seorang Huang Renjun begitu lucu di mata Donghyuck. Sama sekali tidak menggambarkan sikap pemuda berusia 28 tahun. Membuat Donghyuck ingin sekali mengacak puncak kepala Renjun, menyalurkan rasa gemasnya.



Eh ? Donghyuck buru-buru menggelengkan kepala. Pemikiran apa barusan? Tidak. Tidak mungkin kalau Donghyuck berakhir tertarik pada sosok dingin yang duduk di sebelahnya ini.


Apa kata dunia? Apa kata Renjun? Bisa-bisa pemuda manis ini besar kepala seperti yang terakhir kali, mengira Donghyuck tertarik padanya.

Daripada pikirannya terus melantur, Donghyuck memilih memejamkan mata. Paling enak menikmati perjalanan panjang adalah dengan tidur. Setidaknya ini bisa dijadikan ajang balas dendam akibat lembur selama beberapa hari sebelum Donghyuck bertugas ke Busan.


"Donghyuck ..." Baru membungkus tubuh dengan selimut yang disediakan hingga batas leher, panggilan Renjun menginterupsi. Diam-diam batin Donghyuck menggerutu.

Tadi Renjun menyuruhnya untuk diam, tenang, dan tidak cerewet. Sekarang pemuda manis itu yang malah terus menerus mengajaknya bicara.

Benar kata orang, sub itu tidak pernah salah. Dom lah yang selalu salah. Seperti Donghyuck yang selalu serba salah dan disalahkan oleh Renjun.


pretend ; hyuckren ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang