Memasuki ruangan Mas Aham, kami mendapati kehadiran seorang wanita berpakaian mini dengan wajah di-make up tebal. Sepintas ia langsung menyambut dengan tingkah centilnya dan bergerak hendak memeluk Mas Aham. Tapi ketika menyadari kehadiranku di samping Mas Aham dengan posisi yang begitu intim, membuat ekspresinya menjadi tampak heran.
"Sayang, siapa dia? Adikmu?" Tanya wanita itu dengan tatapan menyelidik ke arahku.
Aku hanya diam, ingin tahu apa jawaban yang diberikan Mas Aham. Sepintas kulihat ekspresi pria itu masih terlihat menyeramkan. Bahkan aku bisa melihat rahangnya yang mengeras. Dan apa tadi wanita itu bilang? "Sayang?"
Wah, ngajak gelud.
"Dia?" Mas Aham menoleh kepadaku sebentar dengan senyum lembut. Lalu kembali memandang ke arah wanita itu dengan tatapan tajam. "Istriku." Lanjutnya dengan nada tegas.
Seketika itu pula raut wajah wanita di depan kami langsung pias. Ia pun melempar tatapan tajamnya ke arahku. Lalu beberapa detik kemudian terkekeh sinis sebentar. Aku yang melihat tingkahnya itu membuang muka sambil memutar bola mata jengah. Nggak sudi aku memandang muka dempulnya itu. Bisa-bisa mataku makin minus.
"Kau bercanda, kan? Wanita berpakaian seperti teroris ini istrimu? Apa kau ingin mengelabuiku? Bagaimana mungkin kau menikahi wanita yang wajahnya saja tidak terihat? Sungguh tidak menarik untuk dipandang. Coba lihat aku, tubuhku lebih seksi. Di setiap incinya adalah idaman para kaum pria. Dan aku lebih berpengalaman dalam urusan ranjang." Cerocos wanita itu terdengar frontal.
Dia seperti sedang menolak kenyataan yang sudah jelas terlihat di depan matanya. Malah membanggakan diri dengan memamerkan aurat. Nggak sadar kali ya, kalau dia sudah seperti wanita murahan. Percaya diri sekali membandingkan dia dengan aku. Nggak tau aja aku lebih seksi dari dia. Aku lebih cantik dari dia. Dan aku lebih hebat dalam memanjakan suami.
Apa tadi dia bilang? Dia bilang lebih berpengalaman dalam urusan ranjang? What the meaning of it? Fix, ini orang PSK.
Mas Aham sepertinya enggan meladeni ucapan wanita itu. Tapi dapat kurasakan tangannya mendekapku semakin erat. Wanita itu tertawa sumbang melihat perlakuan Mas Aham yang lebih memilih diam dan mengabaikannya.
"Kau akan menyesal karena telah membuatku marah, Abraham." Ucapnya.
Tanpa sepatah kata, Mas Aham berhasil membuat wanita itu kesal luar biasa. Mengejutkannya, dia akhirnya memilih pergi. Sepintas ia melirikku dengan penuh kebencian, sebelum benar-benar keluar dari ruangan Mas Aham.
Hallo! Please deh, ah. Yang seharusnya marah itu aku. Aku yang lebih dulu kenal Mas Aham. Aku yang jadi istrinya Mas Aham. Kenapa dia yang terkesan seperti wanita yang tersakiti karena dikhianati?
"Aaron!" Seru Mas Aham sedikit berteriak. Lalu bisa kulihat pria yang kami temui di depan tadi berjalan tergopoh-gopoh memasuki ruangan Mas Aham.
"Ya, Tuan." Jawabnya terdengar terbata. Wajahnya pucat dan kedua tangannya gemetar.
"Ini terakhir kalinya kau ceroboh dalam melakukan pekerjaanmu. Jika terulang sekali lagi, kau tahu akibatnya bukan?" Ucap Mas Aham dingin.
Aku yang juga mendengarnya jadi seram sendiri. Jujur aja, selama aku mengenal Mas Aham, aku nggak pernah melihat sisi dirinya yang satu ini. Dia selalu bersikap lembut padaku. Bahkan terkesan begitu manis.
"Ba....baik, Tuan." Jawab pria itu.
Setelahnya Mas Aham mengibaskan tangannya dan pria itu segera pergi dari ruangan Mas Aham. Sekarang hanya tinggal kami berdua. Tanpa aku sadari Mas Aham sudah membawaku ke dalam sebuah kamar yang terletak di salah satu sisi ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istrinya Tuan Jenius
Humor21+ pokoknya. Shikha mengira, Aham adalah kakak kandungnya. Namun, setelah keduanya kedapatan tidur di dalam satu kamar, Ayah dan Bunda mereka tiba-tiba saja memutuskan bahwa mereka berdua harus menikah. Malam itu, Aham baru saja pulang dari studi S...