31. Mrs.Matthiew Junior

9.3K 792 24
                                    

Tolong kasih tau kalau ada typo, ya.

♡♡♡

Usai jam perkuliahan berakhir, aku pun bergegas keluar dari kelas. Lalu diikuti oleh Oline dan Yusuf.

"Apa kau ingin kami temani?" Tanya Oline, saat kami sudah berdiri di depan pelataran kelas kami.

"Memangnya kalian tidak sibuk?" Tanyaku balik.

Keduanya saling berpandangan lalu menggaruk kepala secara bersamaan.

"Sebenarnya, ibuku memintaku untuk segera pulang jika tidak ada lagi jadwal kuliah. Kakakku baru saja melahirkan, dan tidak ada yang menjaga rumah." Ucap Yusuf salah tingkah.

"Kalau, kau?" Tanyaku pada Oline.

"Ayahku memanggilku untuk pergi ke kebun. Ada beberapa hal yang harus dikerjakan." Jawab Oline terdengar meringis kecil.

"Tidak masalah. Sebenarnya aku akan ditemani oleh Midy. Suamiku memang tidak akan pernah mengizinkanku keluar jika tidak ditemani bodyguard wanita itu." Bisikku pelan.

"Baiklah kalau begitu." Jawab keduanya serempak.

Lalu, selang tak beberapa lama Mbak Midy pun datang dengan setelannya yang serba hitam. Dan jangan lupa kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Belum lagi dengan cara jalannya yang terlihat berwibawa, membuat orang-orang di sekitar menjadi terhipnotis.

"Mau berangkat sekarang, Nona?" Tanyanya sopan.

"Baiklah, ayo. Oline, Yusuf. Aku pergi dulu ya." Pamitku pada Yusuf dan Oline.

Keduanya kompak mengangguk sambil melambai, melepas kepergianku.

Aku dan Mbak Midy, berjalan sebentar menuju gerbang fakultas. Tidak begitu jauh, sebenarnya. Tapi cukup membuat sebagian besar pasang mata memperhatikanku. Agak risih juga, sih. Karena jujur saja, hanya aku satu-satunya mahasiswi yang sering ditemani oleh bodyguard jika sedang ke kampus.
Mau bagaimana lagi?

Aku pernah protes pada Mas Aham. Aku bilang, aku hanya ke kampus, tidak sedang melakukan perjalanan jauh dan panjang, yang harus dikawal oleh orang lain. Tapi, yang namanya Mas Aham mah, punya seribu alasan agar aku tetap patuh dengan perintahnya.

Kalau aku nggak nurut, aku nggak dibolehin pergi ke mana-mana kecuali ke kampus. Kalau di kampus kan, masih ada Yusuf dan Oline yang bisa ngawasin aku. Beda kalau di tempat lain. Misalnya aja kayak yang sekarang. Aku pengen pergi ke butik Aunty Fany. Mau nggak mau, aku harus ditemani Mbak Midy.

"Apa kau tau, di mana tempatnya?" Tanyaku, baru sadar bahwa aku sendiri nggak tau di mana letak butik milik Aunty Fany.

"Iya, Nona. Saya sudah melakukan survey sebelumnya. Mr. Matthiew, suami Anda memerintahkan saya untuk ke sana tadi pagi, sebelum saya membawa Anda siang ini. Hanya untuk memastikan, jika tempat itu memang ada." Jawabnya terdengar datar.

"Loh, kenapa sampai berpikiran begitu?" Tanyaku heran.

"Tidak apa-apa Nona. Hanya untuk jaga-jaga saja." Hanya itu jawaban Mbak Midy. Dia kayak enggan gitu ngejelasin lebih rinci lagi.

Aku malas mendebatnya. Jadi aku nggak menyanggah atau bertanya lagi.

Sesampainya kami di tempat tujuan, Mbak Midy langsung membukakan pintu untukku. Kulihat di depan kami, tampaklah sebuah bangunan dengan nuansa klasik yang kental. Semacam ala-ala jaman kuno gitu.

Dari luar, terlihat pada etalase toko, beberapa koleksi pakaian yang dimiliki sang pemilik yang juga bernuansa klasik. Sangat kontras terlihat jika dibandingkan dengan toko-toko di samping kanan dan kirinya, yang lerlihat lebih memilih menjual pakaian-pakaian modern.

Istrinya Tuan JeniusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang