35. Program Hamil

8.2K 680 49
                                    

Assalamu'alaikum semuanya. Apa kabar?
Lama ya..... Hehe
Ya gitu, kesibukanku di dunia nyata sedang padat-padatnya. InsyaAllah aku akan update kalau ada waktu senggang lagi, ya. Mudah-mudahan kalian nggak bosan menunggu.

Ngemeng-ngemeng, main tebak-tebakan, yuk. Ada yang bisa ngira-ngira umur author berapa, ya?

Trus, sebutin dong apa yang kalian tau tentang aku. Bebas, apa aja. Yang mungkin sekiranya menggambarkan aku banget. Sifat atau karakter mungkin. Kalian bisa dapat gambaran dari karakter tokoh-tokoh karyaku selama ini. Mungkin ada yang mirip gitu. Hehe.

Bisa juga, nebak tentang hobiku, profesi utamaku saat ini, apa pun itu. Mungkin kalau kalian suka mantauin kegiatan aku di sosmed, pasti punya lebih banyak gambaran gitu.

Astaghfirullah, aku kok narsis banget, ya.

Shikha: "Kak thor! Anu...."

Author: "Apa?" Bertanya dengan kedua bola mata melotot. Shikha langsung kicep.

Shikha: "Anu, Shikha kapan ngomongnya?"

Author: "Ngomong apaan?"

Shikha: "Itu, story telling kisah pernikahan Shikha sama Mas Aham." Berbicara lembut dengan wajah tertunduk.

Author: "Oh, yaudah. Silakan. Aku diam dah."

♡♡♡

Esok harinya, aku dan Mas Aham berangkat sekitar pukul 9.00 am menuju rumah sakit. Mengenai rencana pelepasan IUD, kami sepakat memberitahukannya pada Daddy terlebih dahulu saat sarapan pagi. Dan respon beliau sesuai ekspektasiku. Beliau sangat senang mendengarnya.

Kalau Ayah dan Bunda, nanti saja aku kasih tahu setelah pulang dari rumah sakit. Lagian agak mepet juga waktunya. Tadi saja, aku dan Mas Aham hampir kesiangan untuk melaksanakan sholat Subuh.

"Mas nggak papa, Shikha periksa di rumah sakit tempat Mas Aham kerja?" Tanyaku merasa ragu.

"Kenapa memangnya? Toh, itu adalah rumah sakit keluarga. Apa yang salah?" Tanya Mas Aham balik.

"Soal itu sih, nggak masalah. Cuma, nggak papa emangnya kalau kita berdua jadi sorotan banyak orang? Bukannya Mas mau nyembunyiin identitas aslinya Mas? Supaya nggak banyak yang tau kalau Mas adalah pewaris tunggal MT.Corporation. Yaitu Abraham Matthiew. Yang mereka tau saat ini kan, Mas adalah Abraham Wahid Al-Ghifari, sang dokter jenius." Balasku hati-hati.

Mas Aham tampak menghela napas lelah.

"Mas memang mau menyembunyikan identitas Mas sebagai Matthiew's, tapi bukan berarti Mas juga ingin menyembunyikan status pernikahan Mas, Shikha."

Oke, Mas Aham kalau udah manggil dengan sebutan nama, itu artinya dia mulai badmood. Aku pun jadi nggak berani lagi ngebahas soal itu.

Sesampainya kami di rumah sakit, setelah memarkir mobilnya, Mas Aham langsung menggandengku menuju ruang poli kandungan. Sepanjang kami berjalan di lorong rumah sakit, beberapa pasang mata petugas rumah sakit menatap dengan pandangan penuh rasa ingin tau. Di mulai dari OG, CS, resepsionis, perawat, dokter dan tenaga medis lainnya.

"Mas Aham memang udah terkenal ya, seantero rumah sakit ini." Seruku menggoda Mas Aham. Tapi dia cuma ngelirik sekilas lalu kembali memandang ke arah depan.

Tak membutuhkan jarak yang jauh, kami pun akhirnya sampai di depan pintu poli kandungan.

"Eh, nggak ngambil nomor antrian dulu, Mas?" Tanyaku pada Mas Aham. Kan, di Indonesia biasanya begitu. Lah ini, dia malah ngajak aku langsung masuk aja.

Istrinya Tuan JeniusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang